digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andhini Chrisetya Putri M.
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Andhini Chrisetya Putri M.
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Andhini Chrisetya Putri M.
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Andhini Chrisetya Putri M.
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Andhini Chrisetya Putri M.
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Andhini Chrisetya Putri M.
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Andhini Chrisetya Putri M.
PUBLIC Resti Andriani

Tailing merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses benefisiasi bijih melalui tahapan peremukan, peggerusan dan konsentrasi. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014, tailing dikategorikan sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jumlah tailing yang terakumulasi tidak hanya menyebabkan kebutuhan lahan serta biaya penyimpanan yang besar, tetapi juga berdampak pada lingkungan sekitar daerah tambang. Tailing flotasi tembaga mengandung unsur yang relatif tinggi berupa Si dan S, diikuti dengan Ca, Al dan Fe. Pada penelitian ini, studi mengenai pemanfaatan tailing flotasi tembaga sebagai bahan baku pembuatan ferosilikon dilakukan. Selain itu, analisis terhadap terak hasil reduksi juga dilakukan yang diharapkan dapat menjadi bahan baku alternatif pembuatan semen. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi penambahan batubara dan temperatur isotermal akhir terhadap hasil reduksi tailing flotasi tembaga. Variasi penambahan batubara, yaitu 10%, 15%, 20% dan 25% dari basis sampel tailing flotasi tembaga (3 gram). Selanjutnya tailing flotasi tembaga diaglomerasi untuk membentuk briket. Reduksi menggunakan metode isotermalgradien temperatur di muffle furnace XD-1700M selama 200 menit. Reduksi berlangsung pada temperatur awal 1000 ?C. Kemudian temperatur dinaikkan menuju temperatur isotermal akhir pada variasi 1450 ?C, 1500 ?C dan 1550 ?C dengan laju kenaikan temperatur 10 ?C/menit. Sampel hasil reduksi kemudian dianalisis menggunakan mikroskop optik dan perangkat lunak ImageJ untuk mengukur partikel logam ferosilikon yang terbentuk. Sampel hasil reduksi juga dianalisis SEM-EDS dan EPMA-WDS untuk mengetahui komposisi kimia logam dan terak. Analisis XRD dilakukan untuk menentukan fasa yang terbentuk pada terak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada rentang temperatur 1450 ?C – 1550 ?C, peningkatan temperatur isotermal akhir dan variasi penambahan batubara dapat meningkatkan ukuran partikel logam yang terbentuk. Penambahan 25% batubara pada reduksi tailing flotasi tembaga pada temperatur isotermal akhir 1550 ?C menghasilkan ukuran rata-rata partikel logam sebesar 44,48 ?m dengan partikel terbesar berukuran 2108,88 ?m. Peningkatan temperatur isotermal akhir akan menurunkan kadar Fe dan meningkatkan kadar Si pada partikel logam. Kadar Fe pada variasi temperatur isotermal akhir 1450 ?C, 1500 ?C dan 1550 ?C berturut-turut sebesar 93,59%, 86,58% dan 85,4%. Kadar Si berturut-turut sebesar 6,06%, 10,27% dan 14,49%. Namun sebaliknya, penambahan batubara akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar Fe dalam partikel logam. Rentang kadar SiO2 dan Al2O3 pada terak masing-masing sebesar 58-77% dan 19-28%. Komposisi tersebut termasuk dalam kategori material pozolan yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan semen.