digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sangat masif berdampak pada tingginya kebutuhan akan agregat. Agar pembangunan IKN dapat terus berjalan, agregat disuplai dari luar pulau. Hal ini mengakibatkan biaya konstruksi menjadi lebih mahal, termasuk dalam bidang pembangunan jalan. upaya yang dapat dilakukan untuk menekan kebutuhan agregat dan menekan biaya konstruksi yaitu menggunakan alternatif lapis pondasi lainnya seperti lapis pondasi tanah semen (SCB). Material tanah setempat memiliki daya dukung yang baik dan tersedia cukup banyak sehingga sangat mungkin untuk mengaplikasikan SCB pada perkerasan jalan. Suatu campuran tanah dengan semen tidak selalu memberikan sifat-sifat campuran yang memadai sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan. Penambahan bahan tambah pada campuran tanah semen dapat memperbaiki sifatsifat campuran sehingga memenuhi persyaratan sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian stabilitasi tanah dari Kawasan Ibu Kota Nusantara dengan semen dan bahan tambah untuk digunakan sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan. Sampel tanah dari kawasan Ibu Kota Nusantara merupakan tanah berbutir kasar berwarna coklat tua yang didominasi oleh fraksi pasir (75,92%), diklasifikasikan sebagai SM (Silty Sand) dengan fine content kurang dari 50% (23,30%), tingkat keasaman yang rendah (pH 6,32), kadar sulfat yang rendah (0,007356%), dan bebas dari bahan organik, sehingga tanah ini layak untuk digunakan sebagai bahan penyusun campuran tanah semen. Campuran yang dirancang menggunakan 13- 15% semen dan 1-3% bahan tambah. Pengujian UCS dan Wetting-Drying dilakukan terhadap seluruh variasi campuran tanah semen baik tanpa bahan tambah maupun dengan bahan tambah. Hasil pengujian tersebut digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dan durabilitas seluruh variasi campuran sesuai dengan persyaratan teknis sebagai lapis pondasi. Analisis struktur perkerasan dan biaya konstruksi dilakukan untuk mengevaluasi biaya konstruksi per sumbu kendaraan untuk mendapatkan campuran yang ekonomis. Berdasarkan analisis kekuatan, seluruh variasi campuran baik campuran tanah semen (13-15%) tanpa bahan tambah maupun dengan bahan tambah (1-3%), menghasilkan nilai kuat tekan (7 hari) yang lebih tinggi dari nilai kuat tekan target (2400 kPa) sehingga memenuhi persyaratan kekuatan sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan. Campuran tanah semen tanpa bahan tambah memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan campuran tanah semen dengan bahan tambah pada umur pemeraman 3 dan 7 hari. Namun, pada umur pemeraman 28 hari, campuran tanah semen dengan bahan tambah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan campuran tanah semen tanpa bahan tambah. Campuran tanah semen dengan 1%, 2%, dan 3% bahan tambah, masing-masing dapat menghasilkan kuat tekan (28 hari) 9,6%, 6,7%, dan 12,9% lebih tinggi dibandingkan campuran tanah semen tanpa bahan tambah. Berdasarkan analisis durabilitas, campuran tanah semen tanpa bahan tambah menghasilkan kehilangan berat yang tinggi sehingga belum memenuhi persyaratan durabilitas sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan. Campuran tanah semen tanpa bahan tambah memiliki ketahanan yang rendah terhadap siklus basah-kering, dengan kehilangan berat tertinggi sebesar 15,90% pada kadar semen 13% dan terendah 13,74% pada kadar semen 15%. Sedangkan, campuran tanah semen dengan bahan tambah menghasilkan kehilangan berat di sekitar 7% sehingga memenuhi persyaratan durabilitas sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan. Campuran tanah semen dengan 1%, 2%, dan 3% bahan tambah, masing-masing dapat menghasilkan kehilangan berat 55%, 46%, dan 57% lebih rendah dibandingkan campuran tanah semen tanpa bahan tambah. Kadar semen minimum yang menghasilkan kuat tekan target ³ 2400 kPa yaitu 13%, dan Kadar bahan tambah minimum yang menghasilkan kehilangan berat £ 7% yaitu 1%. Oleh sebab itu, kadar semen optimum dan kadar bahan tambah optimum masing-masing adalah 13% semen dan 1% bahan tambah. Berdasarkan analisis biaya konstruksi per sumbu kendaraan, campuran tanah 13% semen dengan 1% bahan tambah merupakan campuran yang optimal karena menghasilkan biaya per sumbu paling rendah yaitu 0,033 Rp/m2/ESA. Campuran ini menghasilkan kombinasi terbaik antara biaya yang murah dan kinerja yang memadai. Penggunaan campuran tanah 13% semen dengan 1% bahan tambah sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan dapat menghemat biaya pembangunan jalan hingga 53,4% dibandingkan dengan perkerasan jalan yang menggunakan lapis pondasi berbutir. Lapis pondasi tanah semen (SCB) dapat menjadi solusi yang tepat untuk menggantikan lapis pondasi berbutir pada perkerasan jalan. Keunggulan SCB, seperti lebih murah, lebih kuat, dan tahan lama, dapat menekan kebutuhan agregat dan menekan biaya konstruksi. Penggunaan SCB pada perkerasan jalan dapat mendorong pembangunan jalan yang lebih ekonomis dan dapat menghasilkan biaya pemeliharaan yang lebih rendah. Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan pembangunan Ibu Kota Nusantara yang berkelanjutan.