






Tailing merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses benefisiasi bijih
melalui tahapan peremukan, peggerusan dan konsentrasi. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014, tailing dikategorikan
sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jumlah tailing yang terakumulasi
tidak hanya menyebabkan kebutuhan lahan serta biaya penyimpanan yang besar,
tetapi juga berdampak pada lingkungan sekitar daerah tambang. Tailing flotasi
tembaga mengandung unsur yang relatif tinggi berupa Si dan S, diikuti dengan Ca,
Al dan Fe. Pada penelitian ini, studi mengenai pemanfaatan tailing flotasi tembaga
sebagai bahan baku pembuatan ferosilikon dilakukan. Selain itu, analisis terhadap
terak hasil reduksi juga dilakukan yang diharapkan dapat menjadi bahan baku
alternatif pembuatan semen.
Serangkaian percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi penambahan
batubara dan temperatur isotermal akhir terhadap hasil reduksi tailing flotasi
tembaga. Variasi penambahan batubara, yaitu 10%, 15%, 20% dan 25% dari basis
sampel tailing flotasi tembaga (3 gram). Selanjutnya tailing flotasi tembaga
diaglomerasi untuk membentuk briket. Reduksi menggunakan metode isotermalgradien
temperatur di muffle furnace XD-1700M selama 200 menit. Reduksi
berlangsung pada temperatur awal 1000 ?C. Kemudian temperatur dinaikkan
menuju temperatur isotermal akhir pada variasi 1450 ?C, 1500 ?C dan 1550 ?C
dengan laju kenaikan temperatur 10 ?C/menit. Sampel hasil reduksi kemudian
dianalisis menggunakan mikroskop optik dan perangkat lunak ImageJ untuk
mengukur partikel logam ferosilikon yang terbentuk. Sampel hasil reduksi juga
dianalisis SEM-EDS dan EPMA-WDS untuk mengetahui komposisi kimia logam
dan terak. Analisis XRD dilakukan untuk menentukan fasa yang terbentuk pada
terak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada rentang temperatur 1450 ?C – 1550
?C, peningkatan temperatur isotermal akhir dan variasi penambahan batubara dapat
meningkatkan ukuran partikel logam yang terbentuk. Penambahan 25% batubara
pada reduksi tailing flotasi tembaga pada temperatur isotermal akhir 1550 ?C
menghasilkan ukuran rata-rata partikel logam sebesar 44,48 ?m dengan partikel
terbesar berukuran 2108,88 ?m. Peningkatan temperatur isotermal akhir akan
menurunkan kadar Fe dan meningkatkan kadar Si pada partikel logam. Kadar Fe
pada variasi temperatur isotermal akhir 1450 ?C, 1500 ?C dan 1550 ?C berturut-turut
sebesar 93,59%, 86,58% dan 85,4%. Kadar Si berturut-turut sebesar 6,06%, 10,27%
dan 14,49%. Namun sebaliknya, penambahan batubara akan berpengaruh terhadap
peningkatan kadar Fe dalam partikel logam. Rentang kadar SiO2 dan Al2O3 pada
terak masing-masing sebesar 58-77% dan 19-28%. Komposisi tersebut termasuk
dalam kategori material pozolan yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan
pembuatan semen.