Hematokrit merupakan salah satu indikator penting untuk mendeteksi tingkat
keparahan pasien infeksi dengue. Perubahan secara signifikan pada nilai hematokrit
tersebut disebabkan oleh proses pertahanan tubuh yang kompleks dalam melawan
infeksi dengue. Pada proses infeksi sekunder, sistem imun menghasilkan senyawa
kimia sitokin yang dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Kenaikan permeabilitas mengakibatkan adanya cairan plasma merembes keluar
dari dinding pembuluh. Selain faktor kenaikan permeabilitas, infeksi Dengue juga
menyebabkan penurunan produksi keping darah yang berakibat pula pada kenaikan
hematokrit. Kenaikan hematokit tersebut sebanding dengan kenaikan kekentalan
darah dalam tubuh.
Dalam disertasi ini, model matematika aliran darah yang merepresentasikan infeksi
dengue telah dibangun. Model matematika yang menggabungkan dua model yaitu
model dinamika hematokrit dan persamaan aliran darah yang dihubungkan oleh
perubahan viskositas dibahas pada disertasi ini. Proses perubahan hematokrit akibat
infeksi dengue dalam aliran darah diakomodasi melalui model dinamika interaksi
sel dengan virus. Model hubungan antara hematokrit dan viskositas dibangun untuk
memperoleh nilai viskositas yang spesifik pada kasus infeksi dengue. Perubahan
viskositas darah akibat infeksi dengue akan digunakan ke dalam persamaan aliran
darah.
Aliran darah dapat direpresentasikan melalui model aliran dengan tekanan pulsatile
serta mengabaikan faktor kebocoran pada dinding pembuluh. Model aliran pulsatile
dengan adanya gangguan pada viskositas dan gangguan pada perbedaan tekanan
juga dibahas, yang merupakan kebaharuan dari disertasi ini. Pengaruh gangguan
kecil pada nilai viskositas dan perbedaan tekanan terhadap persamaan aliran
dipelajari lebih dalam dengan cara memperoleh solusi analitiknya. Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh, pembuluh darah yang sempit lebih rentan terhadap
gangguan. Hal tersebut ditunjukan lewat profil kecepatan yang berkurang karena
gangguan yang terjadi. Kondisi tersebut membahayakan tubuh karena kecepatan
darah menurun dan fungsi darah sebagai pemasok oksigen serta nutrisi menjadi
terhambat.
Sedangkan model aliran darah dengan kebocoran ditinjau dengan menggunakan
i
persamaan Stokes untuk bilangan Reynolds yang rendah. Hal ini berdasarkan
asumsi bahwa rembesan plasma hanya terjadi pada pembuluh yang sempit,
khususnya di arterioli. Pendekatan numerik dilakukan untuk menyelesaikan
persamaan Stokes tersebut. Bentuk lemah (weak formulation) dari persamaan
Stokes dikonstruksi dengan mempertimbangkan kondisi batas yang sesuai untuk
kebocoran dan tanpa kebocoran dibahas dalam disertasi ini secara lebih rinci.
Kondisi batas filtrasi dan kondisi batas natural dengan modifikasi digunakan
untuk menangkap fenomena rembesan plasma melalui dinding pembuluh. Secara
numerik, fluks volumetrik yang berbeda antara kebocoran dengan tanpa kebocoran
juga dianalisis. Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh, hubungan antara selisih
fluks volumetrik terhadap hematokrit adalah berbanding terbalik. Hasil tersebut
menyatakan bahwa semakin kental maka kebocoran juga semakin rendah. Hasil
selisih fluks volumetrik dapat digunakan sebagai pendeteksi awal seberapa besar
tubuh kehilangan cairan.