digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Wakhid Abdurrokhman
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Wakhid Abdurrokhman
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Wakhid Abdurrokhman
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Wakhid Abdurrokhman
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Wakhid Abdurrokhman
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Wakhid Abdurrokhman
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Wakhid Abdurrokhman
PUBLIC Alice Diniarti

Isi tugas akhir ini adalah membandingkan struktur jaringan penerbangan 25 maskapai penerbangan berdasarkan konfigurasi spatial dan temporal. Konfigurasi spatial didefinisikan sebagai bentuk geografis dari struktur jaringan penerbangan [5]. Konfigurasi temporal didefinisikan sebagai pengaturan jadwal penerbangan pada hub sedemikian rupa sehingga menghasilkan sejumlah indirect connection [3]. Penilaian konfigurasi spatial menggunakan Gini-index, Network Concentration Level, dan network density. Penilaian konfigurasi temporal menggunakan metode Danesi Weighted Connectivity dengan melakukan modifikasi pada rentang waktu koneksi. Hasil analisis pada konfigurasi spatial menunjukkan 25 maskapai penerbangan mengadopsi pola hub and spoke dengan single ataupun multi hub. Hasil analisis pada konfigurasi temporal menunjukkan jumlah indirect connection yang berbeda-beda dan sangat bergantung pada kualitas wave-system structure. Parameter konfigurasi spatial dan temporal dapat dihubungkan dengan menggunakan plot. Hasil plot menunjukkan bahwa 25 maskapai penerbangan telah mengadopsi pola hub and spoke dengan penerapan wave-system structure pada bandara hub. Parameter baru, Network Efficiency, diperkenalkan sebagai rasio antara total koneksi yang dihasilkan dengan direct connection yang ada. Sebagai sesama ukuran efisiensi, plot Network Efficiency versus network density dibuat. Hasil plot menunjukkan tren bahwa maskapai penerbangan yang memiliki network density yang rendah juga memiliki Network Efficiency tinggi. Hasil evaluasi ranking 25 maskapai penerbangan menunjukkan Garuda Indonesia berada pada posisi lima terbawah. Garuda Indonesia mengadopsi pola hub and spoke dengan 3 bandara hub. Indirect connection mengambil porsi 66% dari total koneksi yang ada.