digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. Suwarnadwipa Energy Company (PT. SDEC*) adalah salah satu perusahaan minyak besar di Indonesia, PT. SDEC beroperasi di beberapa lading minyak yang semua nya di darat. Jika dilihat dari aktivitas departmen Drilling & Completion (D&C), perusahaan ini dikategorikan sebagai perusahaan yang paling sibuk di Indonesia. Sampai 2015, PT. SDEC biasanya mengebor lebih dari 200 sumur setiap tahun. Saat harga minyak jatuh, banyak proyek termasuk proyek pengeboran sumur baru menjadi tidak ekonomik, sehingga banyak proyek yang terpaksa dibatalkan karena tidak bisa melewati batas nilai keekonomian. Situasi ini berdampak besar ke semua stakeholders. Dalam situasi ini, PT. SDEC masih mampu mengalokasikan dana untuk pengeboran sumur baru, meskipun jumlahnya terbatas dan tidak dapat diubah (US$ 31,5 juta untuk 42 sumur horizontal yang sangat dangkal di lapangan minyak UP), jika biaya pengeboran aktualnya lebih tinggi dari yang direncanakan, PT. SDEC harus mengurangi jumlah sumur yang dibor. Di sisi yang lain, SKKMIGAS meminta ke PT. SDEC untuk mengebor sumur setidaknya sejumlah sumur yang sudah diusulkan saat Work Planning & Budgeting (WP&B). Ketika 12 sumur yang dibor pada semester 2 2017 selesai dengan biaya yang lebih mahal daripada yang tercantum di business plan yang salah satunya disebabkan oleh cycle time yang lebih lama (rata-rata 9,9 hari/sumur) dari yang direncanakan (7,5 hari/sumur), kondisi ini menimbulkan masalah bagi PT. SDEC. Tim proyek terkait diminta untuk mengatasi masalah tersebut dengan segera sehingga PT. SDEC bisa memenuhi komitmen yang dibuat saat WP&B. Perusahaan melalui proyek Lean Six Sigma membentuk dan menugaskan sebuah tim untuk menyelesaikan masalah ini. Lean Six Sigma menggunakan pendekatan sistematis yang terdiri dari 5 langkah dan dikenal dengan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control). Tim proyek ini melakukan FGD untuk membantu tim terkait saat melakukan define, measure & analyze masalah termasuk memberikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Mempertimbangkan sistem kerja D&C yang mengharuskan perusahaan tetap membayar biaya sewa rig dan jasa lainnya meski pengeboran dihentikan sementara, tim menerapkan solusinya segera di sumur pertama (dalam laporan ini dinamakan sumur yang sudah diperbaiki#1) dan mengelola jadwal eksekusi sumur-sumur tersebut untuk memberikan waktu yang cukup buat tim untuk melakukan perbaikan. Sebelum diterapkan secara luas, solusi yang diajukan diuji coba pada 3 sumur. Dari percobaan itu, diperoleh peningkatan kinerja terkait drilling cycle time dari rata-rata 9.9 hari/sumur menjadi 6.74 hari/sumur. Mengacu ke hasil tersebut, perbaikan yang direncanakan diaplikasikan ke semua kandidat sumur tersisa. Dengan kerja sama yang bagus dan dukungan dari Business Partner, kinerja proyek ini meningkat secara signifikan. Hasil penerapan perbaikan di 30 sumur, rata-rata drilling cycle time berubah dari 9.9 hari/sumur menjadi 7.4 hari/sumur dan biaya pengeboran mengalami penurunan dari rata-rata US$ 756 ribu/sumur menjadi US$ 640 ribu/sumur. Nilai Cp drilling cycle time (yang dinyatakan dalam jam/kaki) meningkat dari 0,06 menjadi 1,08 dan -0.08 menjadi 1,03. Sebagai hasilnya, tim berhasil menghemat $ 2.8 juta dari proyek ini.