digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Selli Widhi Astuti
PUBLIC Alice Diniarti

Beberapa tahun terakhir keracunan akibat patogen pada makanan menjadi isu kesehatan yang mendunia, sehingga sintesis kemasan makanan yang antimikrobial menjadi penting untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, yaitu zat antimikrobial organik yang banyak digunakan sekarang tidak tahan kondisi operasi tinggi. Nanopartikel oksida logam dapat menjadi solusi permasalahan ini karena tahan terhadap kondisi operasi tinggi dengan sifat antimikrobia lebih kuat. Untuk mensintesis nanopartikel, dibutuhkan reducing agent yang ramah lingkungan sehingga green synthesis menjadi alternatif yang lebih menarik dibandingkan sintesis kimiawi. Tujuan penelitian ini adalah menguji kelayakan awal rute green synthesis ZnO nanopartikel antimikrobial dengan ekstrak sereh. Ekstrak tumbuhan sereh diekstraksi dengan menggunakan refluks selama 15 menit dan selanjutnya direaksikan dengan Zn(NO3)2 untuk menghasilkan nanopartikel ZnO. Sintesis nanopartikel dilakukan dengan variasi temperatur atmosferik dan 60?C, waktu sintesis 6 jam dan 24 jam, serta konsentrasi prekursor sebesar 0,1 M dan 0,05 M. Nanopartikel yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRD, DLS, TEM, serta uji antimikrobial. Uji antimikrobial dilakukan terhadap spesies bakteri gram negatif Escherichia coli planktonik dan biofilm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa parameter yang paling mempengaruhi dalam sintesis ZnO adalah konsentrasi prekursor. Variasi terbaik diperoleh pada kondisi reaksi 6 jam, temperatur atmosferik, dan [Zn(NO3)2] 0,1 M karena dapat membentuk ZnO tanpa kalsinasi, yang dikonfirmasikan melalui analisis XRD. Variasi dengan lama reaksi 24 jam, temperatur atmosferik, dan [Zn(NO3)2] 0,1 M membutuhkan kalsinasi agar dapat membentuk ZnO. Spektra FTIR menunjukkan bahwa perlakuan kalsinasi dapat menghilangkan keberadaan gugus organik yang melingkupi partikel ZnO yang terbentuk. Akibatnya, ukuran nanopartikel terkecil (200 nm) didapatkan pada sampel yang telah dikalsinasi. Namun, analisis TEM menunjukkan bahwa ukuran nanopartikel yang terbaca merupakan hasil agglomerasi, dengan ukuran partikel yang sebenarnya berada pada rentang 10 – 50 nm. Variasi ini juga menunjukkan sifat antimikroba yang paling tinggi, dengan persen reduksi sebesar 32% pada konsentrasi 50 mg/L.