digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB I.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB II.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB III.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB IV.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB V.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB VI.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

LAMPIRAN.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Pengukuran merupakan salah satu lahan menarik yang terus dikembangkan dan menjadi objek penelitian baik dalam industri besar maupun penelitian kampus. Pada bidang metrologi, kemudahan pengukuran dan akurasi yang tinggi menjadi sesuatu yang terus diperhatikan. Teknik konvensional yang sering digunakan dalam pengukuran dimensi dan profil permukaan adalah CMM (Coordinate Measuring Machine). CMM berfungsi dengan baik pada objek dengan profil permukaan yang keras, dan terjadi permasalahan ketika objek yang digunakan dalam pengukuran memiliki profil permukaan lunak. Hal ini dikarenakan CMM bekerja secara invasiv yang harus bersentuhan langsung dengan objek yang diukur. Waktu kerja CMM yang relatif cukup lama karena dikerjakan secara manual serta objek yang diukur tidak bisa lebih dari meja uji menyebabkan CMM kurang efisien. Beberapa tahun terakhir, pengembangan dilakukan pada teknik pemindaian non-kontak yaitu diantaranya adalah Stereo Vision dan Phase Shifting Interferometry (PSI). Teknik stereo vision bekerja dengan memanfaatkan dua buah kamera secara bersamaan. Kedua buah kamera mengarah pada objek yang sama sehingga menghasilkan perbedaan sudut penglihatan antara kedua kamera. Sudut ini yang mengakibatkan adanya perbedaan posisi objek pada kamera pertama dan kamera kedua. Selisih kordinat objek pada kamera pertama dan kamera kedua dinamakan disparitas. Berdasarkan prinsip triangualasi, nilai disparitas dapat digunakan untuk mengestimasi nilai kedalaman suatu objek, dimana nilai disparitas berbanding terbalik terhadap jarak objek dengan kamera. Stereo vision merupakan komponen pasif sehingga memerlukan pencahayaan yang cukup. Teknik PSI menggunakan proyeksi cahaya berpola gelap-terang (frinji) yang diproyeksikan menggunakan sebuah proyektor. Frinji dibangkitkan melalui aplikasi komputer menjadi 4 tingkatan fasa. Rekonstruksi 3 dimensi dilakukan dengan menghitung nilai modulasi fasa dari 4 buah citra yang merupakan refleksi frinji yang terdistorsi akibat permukaan objek. Pengukuran dengan teknik PSI hanya mendapatkan nilai fasa absolut. Untuk memperoleh nilai dimensi dalam satuan metriks, diperlukan prinsip triangulasi dimana diperlukannya informasi jarak proyektor terhadap objek. Pada penelitian ini, penggabungan teknik stereo vision dan PSI dilakukan terhadap 3 buah objek yang memiliki permukaan difus dengan ketebalan 5 cm, 3 cm, dan 1 cm serta diberikan variasi jarak objek terhadap proyektor. Penilaian karakteristik secara statisitik terhadap hasil rekonstruksi menunjukkan nilai kesalahan terbesar pada jarak objek 80 cm dan ketebalan 1 cm dengan besar kesalahan 16,51 %. Adapun besar kesalahan terkecil ada pada jarak objek 80 cm dan ketebalan 1 cm dengan nilai kesalahan sebesar 1,37%