digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengelolaan sampah plastik yang baik adalah salah satu kunci untuk memutuskan pencemaran ke lingkungan. Studi ini membahas analisis aliran material dan studi potensi daur ulang sampah plastik yang memiliki peran penting untuk penyusunan program pengelolaan sampah plastik di Kabupaten Banyuwangi. Sampel diperoleh melalui observasi, pengambilan sampah langsung, dan wawancara. Lokasi sampel terdiri dari sumber sampah, pengumpul barang bekas, serta lingkungan terbuka. Hasil pengolahan data sampel lalu dianalisis menggunakan metode Material Flow Analysis (MFA). Melalui model aliran material tersebut, dapat diketahui jumlah sampah plastik yang dikelola sistem (diuruk di TPA), masuk ke jalur pengumpulan barang bekas untuk didaur ulang, dan terbuang ke lingkungan terbuka. Selanjutnya disusun tiga skenario pengelolaan yang diproyeksikan untuk tahun 2029 yaitu: (A) skenario tanpa perubahan (business as usual); (B) peningkatan pelayanan sampah hingga 70% di wilayah urban; (C) peningkatan pelayanan sampah hingga 70% di wilayah urban dan peningkatan pengumpulan sampah plastik hingga 30%. Perbandingan antar skenario dianalisis menggunakan analisis finansial untuk selanjutnya dipilih yang menghasilkan keuntungan terbesar dengan pencemaran ke lingkungan terkecil. Studi ini memperkirakan dari timbulan sampah plastik di Kabupaten Banyuwangi yang mencapai hampir 60.000 ton/tahun, 21% sudah terserap oleh bank sampah dan sektor informal. Komposisi sampah plastik yang mencapai hampir 18% didominasi oleh plastik kantong kresek (5%), plastik lembaran (4%), dan botol PET bening (2%). Setiap bulan, ada sekitar 1.000 ton sampah plastik yang didaur ulang di Kota Surabaya dan sekitarnya dari Kabupaten Banyuwangi yang dipasok oleh sektor informal. Hasil analisis juga menunjukkan pencemaran mayor sampah plastik di Kabupaten Banyuwangi dari sumber dan sektor informal ke lingkungan terbuka mencapai 52%. Selain itu, skenario yang paling baik diterapkan untuk pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik adalah skenario B (peningkatan pelayanan hingga 70% di wilayah urban).