digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2019_TA_PP_PANGESTU_SOEKARNO_UTOMO_1-COVER.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_PANGESTU_SOEKARNO_UTOMO_1-BAB1.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_PANGESTU_SOEKARNO_UTOMO_1-BAB2.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_PANGESTU_SOEKARNO_UTOMO_1-BAB3.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_PANGESTU_SOEKARNO_UTOMO_1-BAB4.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_PANGESTU_SOEKARNO_UTOMO_1-BAB5.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan


Perubahan iklim merupakan salah satu topik penting dalam Suistainable Development Goals 2020. Penyebab utama terjadinya perubahan iklim adalah meningkatnya kadar gas CO2 yang ada di atmosfer. Oleh karena itu, teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dapat menjadi solusi dalam mengatasi perubahan iklim. Teknologi ini bertujuan mengurangi kadar emisi gas CO2 dalam jumlah besar dengan cara menginjeksikan gas CO2 ke dalam reservoir. Pada tahun 2014, penelitian teknologi CCS di Indonesia telah dilakukan di Lapangan Gundih, Jawa Timur. Metoda geofisika yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain adalah metoda gayaberat. Tujuan dari akusisi data gayaberat adalah untuk mengetahui distribusi densitas batuan di bawah permukaan, dengan target utama untuk mengetahui bentuk struktur Formasi Ngrayong yang akan menjadi reservoir untuk teknologi CCS. Pada penelitian ini, dilakukan pemodelan kedepan 2,5D dan 3D menggunakan data Peta Anomali Bouguer Lengkap cetak lapangan Gundih. Pemodelan dilakukan dengan berpedoman pada data sumur, data seismik, kolom stratigrafi Zona Rembang dan peta geologi lapangan Gundih. Densitas background yang digunakan dalam pemodelan adalah 2,55 g/cc dan penentuan densitas lapisan berdasarkan pada tabel densitas batuan. Sejumlah enam penampang pemodelan kedepan 2,5D telah dibuat. Penampang tersebut digunakan sebagai referensi untuk membuat model 3D. Model 3D yang didapatkan menunjukkan bentuk struktur bawah permukaan Lapangan Gundih berupa struktur antiklinal dan sinklinal. Sedangkan bentuk struktur formasi Formasi Ngrayong, memiliki ketebalan sekitar 600 sampai dengan 700 meter dengan top formasi terletak pada kedalaman 800 meter dibawah permukaan laut. Selain itu, hasil perhitungan respon model 3D yang didapatkan dibandingkan dengan data awal memiliki kecenderungan anomali yang sama, sehingga hasil pemodelan kedepan yang didapatkan cukup dapat dipercaya