digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Memiliki kemampuan untuk menciptakan pengetahuan baru sangatlah penting bagi setiap organisasi yang selalu berinteraksi dengan lingkungan yang dinamis. Dalam konteks organisasi, individu-individu di dalamnya adalah penggerak utama bagi proses penciptaan pengetahuan. Karenanya, pengetahuan manusia dianggap sangat penting bagi organisasi masa kini. Dengan memupuk proses knowledge sharing, organisasi merangkul arti penting manusia di dalam bisnis dengan menghubungkan pengetahuan individu dengan pengetahuan individu lain, grup, hingga level organisasi untuk menciptakan pengetahuan baru. Namun demikian, organisasi juga perlu mewujudkan ekosistem tempat kerja yang dapat mendukung proses knowledge sharing berjalan dengan baik. Ahli menyiratkan bahwa hubungan personal memiliki pengaruh terbesar dalam proses berbagi pengetahuan antar individu, khususnya pengetahuan tacit. Karenanya, selain ketersediaan anggota organisasi yang mumpuni dalam hal pengetahuan, organisasi juga memerlukan iklim hubungan antar individu yang baik untuk memfasilitasi proses pertukaran pengetahuan antar individu yang pada akhirnya akan memicu proses penciptaan pengetahuan baru untuk mempertahankan keunggulan kompetitif organisasi. Baru-baru ini, penelitian di bidang ilmu komunikasi melaporkan bahwa mengutarakan pandangan politik dengan memposting informasi politik di media sosial memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap reaksi rekan kerja seperti liking, trust, helping behaviour, dan performance rating. Survei lain di bidang ilmu psikologi melaporkan bahwa beberapa responden studi menyatakan setuju/sangat iv setuju bahwa mereka menghindari beberapa rekan kerja karena pandangan politik mereka sebagai akibat dari diskusi politik di tempat kerja. Melihat dari sudut pandang knowledge management temuan-temuan ini membuka kesempatan penelitian lebih lanjut karena trust dan relationship conflict (i.e. avoidance) adalah variabel-variabel yang memiliki hubungan dengan knowledge sharing. Jika tindakan mengeskpresikan pandangan politik seseorang memiliki korelasi yang negatif dan signifikan terhadap reaksi penerima (i.e. liking, trust, dan avoidance) maka tindakan ini juga memiliki hubungan dengan keinginan penerima untuk berbagi dan menggunakan tacit knowledge dari orang tersebut. Studi terdahulu yang membahas topik ini masih terbatas. Lebih jauh, beberapa penelitian terdahulu juga mengisyaratkan terbatasnya penelitian tentang political self-disclosure khususnya dengan latar penelitian di tempat kerja. Dalam rangka menjawab peluang-peluang penelitian tersebut di atas, penelitian ini berupaya mengeksplorasi topik ini dari sudut pandang pembaca sebagai pengkonsumsi pasif postingan politik di media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dan dilaksanakan pada satu organisasi publik di Indonesia. Survei online menggunakan tujuh poin Skala Likert dan pendekatan Experimental Vignette Method (EVM) digunakan untuk mengumpulkan data dari responden. Metode Partial Least Square SEM kemudian digunakan untuk menganalisa 144 data yang dipergunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perceived content negativity memiliki efek tidak langsung yang negative, signifikan dan lemah terhadap keinginan pembaca untuk berbagi pengetahuan tacit kepada rekan kerja tersebut. Sebaliknya, dimensi perbedaan pandangan politik dari political self-disclosure tidak memiliki efek kepada variabel-variable lain di model penelitian ini. Lebih jauh, hubungan antara perceived content negativity dan willingness to share organizational tacit knowledge (WSK) hanya terjadi secara signifikan melalui variabel avoidance intention dan liking. Hubungan antara perceived content negativity dan willingness to share organizational tacit knowledge tidak terjadi melalui variabel Affect Based Trust dan Cognitive Based Trust. Secara keseluruhan, model penelitian ini v menjelaskan 24.30% variansi dari variabel WSK. Hasil ini melegakan sekaligus menciptakan optimisme khususnya untuk kegiatan knowledge management karena fenomena keterbukaan diri dalam hal pandangan dan pilihan politik tidak terlalu berpengaruh kepada keinginan para profesional di lingkungan kerja untuk saling berbagi pengetahuan tacit-nya. Namun demikian, penelitian ini hanya dilakukan pada satu organisasi publik dan menggunakan jumlah sample yang kecil. Karenanya, kesimpulan dari penelitian ini haruslah dipahami dengan kehati-hatian terutama bila ingin melakukan generalisasi di tempat kerja lainnya.