digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2019_TA_PP_GILBERT_BADIA_ANUGERAH_1-_COVER.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

2019_TA_PP_GILBERT_BADIA_ANUGERAH_1-_BAB_1.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_GILBERT_BADIA_ANUGERAH_1-_BAB_2.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_GILBERT_BADIA_ANUGERAH_1-_BAB_3.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_GILBERT_BADIA_ANUGERAH_1-_BAB_4.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_GILBERT_BADIA_ANUGERAH_1-_BAB_5.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_GILBERT_BADIA_ANUGERAH_1-_BAB_6.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan


Base flow merupakan salah satu dari komponen penting yang menjadi parameter dalam fungsi hidrologis suatu DAS, yang berasal dari pelepasan air tanah dan berperan penting saat musim kering atau kemarau. Pemisahan base flow pada sub-DAS Ciliwung ini dilakukan dengan menggunakan metode smoothed minima. Metode smoothed minima dikembangkan oleh Institute of Hydrology (1980) untuk menganalisis base flow melalui nilai Base Flow Index (BFI) yang diperoleh dari data debit harian sungai. Debit harian sungai yang digunakan dimulai dari periode 1998 – 2013. Nilai BFI DAS Ciliwung bagian hulu berkisar antara 49,9 - 89,6%. Uji korelasi Spearman-Conley menunjukkan bahwa tren nilai BFI mengalami kenaikan. Faktor yang diperkirakan memengaruhi variabilitas base flow berkaitan dengan aktivitas manusia langsung dengan sungai seperti perubahan tutupan dan tata guna lahan, eksplorasi air tanah lalu juga ada faktor alam yaitu anomali iklim yang ikut mendukung bervariasinya besar base flow tiap tahunnya. Kenaikan kontribusi base flow pada sub-DAS Ciliwung mampu mengatasi permasalahan kekeringan pada musim kemarau, namun kapasitas hidrologis menjadi hal yang harus diperhatikan kedepannya untuk menjaga kestabilan menjaga kemampuan recharge air tanah. Implementasi dari metode green infrastructure menjadi metode yang cukup efektif untuk membentuk suatu sistem pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Penerapan green infrastructure mulai dari kegiatan hulu ketika air hujan jatuh hingga pengelolaan air limpasan permukaannya untuk dialirkan ke tanah ataupun badan air. Hal ini dibutuhkan dalam rangka menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas DAS Ciliwung agar kebutuhan air baku masyarakat sekitar terpenuhi.