Tesis ini membahas tentang bagaimana mengembangkan boundary partners
program audit Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI (BBPJN VI).
Pembangunan jalan nasional merupakan salah satu bagian dari pembangunan
infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing
global akan tetapi pembangunan jalan nasional menghadapi kendala dalam
pelaksanaannya, dan data statistik menunjukkan kemunduran kuantitas
pengadaannya. Program pengawasan merupakan salah satu upaya dari
Kementerian PUPR untuk memacu pembangunan jalan nasional.
Program pengawasan Inspektorat Jenderal merupakan salah satu upaya untuk
menghadapi kendala-kendala pembangunan jalan nasional. Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) oleh Inspektorat Jenderal bertujuan untuk
menciptakan perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang efisien,
pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat pada pembangunan
infrastruktur jalan nasional. Sesuai dengan visi PKPT yaitu menjadikan
Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR sebagai institusi pengawasan intern yang
handal, memiliki integritas dan profesionalisme yang tinggi untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang bebas Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme (KKN). PKPT diharapkan dapat menghapus praktik KKN di
segala bidang pemerintahan agar tercipta pemerintahan yang bersih dan
berwibawa, mengurangi kebocoran, meningkatkan kualitas infrastruktur, dan
mengayomi pelaksana yang telah bekerja dengan baik dan benar, sehingga tata
kelola pemerintahan yang baik, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dapat
terwujud. Penelitian ini menggunakan pendekatan outcome mapping untuk
mengevaluasi aktor-aktor yang terlibat, proses dalam pengawasasan, output
pengawasan, dan outcome atau hasil. Outcome pada outcome mapping berfokus
pada perubahan perilaku dari aktor-aktor yang terlibat dalam program yang
disebut boundary partners. Boundary partners merupakan atmosfir utama untuk
keberhasilan program dalam pandangan outcome mapping.
Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa PKPT belum membentuk
boundary partners dan pada akhirnya belum mencapai keseluruhan parameter
ii
perubahan perilaku. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa perubahan
perilaku yang dihasilkan oleh PKPT hanya bersifat sementara. PKPT belum dapat
memotivasi perubahan perilaku di lingkungan BBPJN VI maupun Inspektorat
Jenderal dan belum dapat menciptakan boundary partners di antara kedua aktor
tersebut. Perubahan perilaku dan boundary partners dapat tercapai jika
Inspektorat Jenderal dapat merubah pola kerja dari yang bersifat penyidikan
menjadi pendampingan kepada mitra, dan BBPJN VI dapat menerapkan sistem
pengendalian intern yang melibatkan kerjasama dengan Inspektorat Jenderal.
Oleh sebab itu, maka diperlukan tindakan yang dapat mendorong perubahan
perilaku mulai dari tahap pendorongan motivasi sampai pemberian reward and
punishment.