2015_TA_PP_ATIKA_NURANI_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_ATIKA_NURANI_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_ATIKA_NURANI_1-BAB_3.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_ATIKA_NURANI_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_ATIKA_NURANI_1-BAB_5.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
2015_TA_PP_ATIKA_NURANI_1-PUSTAKA.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Organohalida adalah salah satu jenis senyawa yang banyak digunakan dalam berbagai jenis industri seperti industri farmasi, cat, dan adhesif. Senyawa-senyawa ini bersifat toksik dan presisten di alam sehingga dapat terakumulasi baik di lingkungan maupun di dalam tubuh makhluk hidup. Beberapa jenis bakteri diketahui dapat mendegradasi organohalida dan mengubahnya menjadi senyawa lain yang lebih aman. Bakteri pendegradasi organohalida umumnya menghasilkan dehalogenase, suatu enzim yang mengkatalisis pemutusan ikatan karbon-halogen. Pada penelitian ini dilakukan isolasi bakteri dari tanah dekat saluran pembuangan limbah farmasi yang diharapkan mampu menggunakan 1,2-dikloroetana (1,2-DCE) sebagai sumber karbon tunggal. Dari 24 koloni tunggal hasil spread out didapatkan 3 koloni, yakni koloni 6, 7, dan 15, yang mampu hidup pada minimal medium tanpa NaCl dengan konsentrasi 1,2-DCE masing-masing sampai 30 mM, 40 mM, dan 35 mM. Kurva pertumbuhan menunjukkan bahwa ketiga bakteri memasuki phase lag setelah 36 jam. Aktivitas dehalogenase ditentukan dengan menghitung kadar ion Cl- yang dilepaskan ke medium dengan metoda Bergmann dan Sanik (1957). Hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi ion Cl- memiliki kecenderungan untuk naik, sejalan dengan pertumbuhan bakteri. Pada uji kemampuan tumbuh bakteri, ketiga isolat ditumbuhkan pada minimum medium yang mengandung glukosa 0,01% (b/v) dan konsentrasi 1,2-DCE diatur hingga mencapai kadar tertinggi yang dapat ditolerir. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa koloni 6 dan 7 dapat hidup dengan baik pada konsentrasi 1,2-DCE hingga 200 mM dan 150 mM, sedangkan koloni 15 dapat hidup pada konsentrasi 1,2-DCE hingga 250 mM. Uji kemampuan tumbuh optimum pada beberapa komposisi minimum medium, didapatkan bahwa koloni 6 dan 15 dapat hidup paling baik pada minimal medium yang mengandung glukosa 0,01% (b/v) dan 1,2-DCE 10 mM, sedangkan koloni 7 dapat hidup paling baik pada minimal medium yang hanya mengandung glukosa 0,01% (b/v), tanpa 1,2-DCE. Isolasi DNA kromosom ketiga isolat telah berhasil dilakukan dan identifikasi bakteri dengan 16s rDNA typing menunjukkan bahwa koloni 6 memiliki kekerabatan yang terdekat dengan Enterobacter sp., koloni 7 memiliki kekerabatan terdekat dengan Xanthomonadaceae bacterium clone t301E6, sedangkan koloni 15 tidak memiliki kecocokan dengan database NCBI.
Perpustakaan Digital ITB