digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2017_TA_PP_SANDY_FAISAL_1-COVER.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2017_TA_PP_SANDY_FAISAL_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2017_TA_PP_SANDY_FAISAL_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2017_TA_PP_SANDY_FAISAL_1-BAB_3.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2017_TA_PP_SANDY_FAISAL_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2017_TA_PP_SANDY_FAISAL_1-PUSTAKA.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Dalam waktu beberapa tahun terakhir, keberadaan Laut Cina Selatan sering menjadi penyebab sengketa internasional. Berawal dari klaim sepihak Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan sembilan garis putusnya (nine-dashed line atau 9DL), reklamasi dan pembangunan pangkalan militer serta infrastruktur fisik di sekitar gugusan Kepulauan Spratly dan Paracel, hingga penentuan sepihak kawasan tradisional penangkapan ikan yang mulai mengganggu kedaulatan Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna. Pada penelitian ini akan dibahas tentang posisi laut Indonesia terhadap laut yang diklaim oleh RRT. Metode penelitian yang digunakan adalah memanfaatkan data koordinat batas laut bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga sesuai perjanjian yang telah disepakati, kemudian dilakukan penarikan garis. Dari garis landas kontinen yang didapatkan, kemudian dibandingkan dengan garis yang diklaim oleh RRT sehingga diketahui daerah yang berpotongan. Setelah itu, dilakukan perhitungan untuk mengetahui luas laut yang bertampalan tersebut. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk keperluan perundingan antara dua negara tersebut.