digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bandara merupakan infrastruktur penting pada suatu daerah yang saat ini penggunaannya mulai menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu waktu yang lebih efektif dan efisien serta dapat menjangkau daerah yang jauh. Pembangunan infrastuktur bandara yang mendukung haruslah mempertimbangkan aspek kebencanaan, melihat Indonesia yang merupakan wilayah rawan akan bencana, salah satunya adalah tsunami. Kajian tingkat bahaya tsunami terhadap 239 bandara di Indonesia berdasarkan klasifikasinya telah dilakukan pada Tugas Akhir ini dengan menggunakan hasil pemodelan sebelumnya. Berdasarkan hasil kajian tersebut, maka didapatkan sebanyak 3 bandara berpotensi sangat tinggi (1,25%), 2 bandara berpotensi tinggi (0,83%), 3 bandara sedang (1,25%), dan 6 bandara berpotensi rendah (2,51%). Kemudian dipilih Bandara I Gusti Ngurah Rai sebagai daerah kajian yang memiliki potensi bahaya tsunami sedang dengan flowdepth 4,33 meter. Hal ini dikarenakan Bandara I Gusti Ngurah Rai merupakan bandara besar (Tipe 4), dan bandara internasional serta bandara tersibuk sehingga akan menimbulkan kerusakan dan kerugian yang sangat parah apabila terkena tsunami. Oleh sebab itu, dilakukan simulasi numerik dengan menggunakan 3 skenario hipotetik yaitu Mw=7,8, Mw=8,3, dan Mw=8,8. Simulasi ini menggunakan software COMCOT v.1.7. dengan metode grid sisipan dan waktu simulasi 3600 detik. Hasil yang didapatkan yaitu tsunami tiba di area bandara pada menit ke-34,467 hingga menit ke-35,967dengan tinggi tsunami 2,123 - 2,197 meter, dan terus menjalar hingga seluruh area bandara terendam tsunami dengan ketinggian rendaman 0,1 - 3 meter untuk Mw=7,8, dan 1 - 5 meter untuk Mw=8,3 dan Mw=8,8. Selain itu, terdapat 15 desa di sekitar bandara yang berpotensi terkena rendaman tsunami dengan 11 desa berpotensi 100% terendam tsunami sedangkan 4 desa lainnya yaitu Jimbaran berpotensi terendam 30,58%, Pecatu berpotensi terendam 16,32%, Ungasan berpotensi terendam 6,87%, dan Benoa berpotensi terendam 39,32% dengan tinggi rendaman yaitu bervariasi antara 0,1 - 15 meter. Infrastruktur pada bandara ini dapat dikategorikan resiko tsunaminya menjadi 3 kategori dari 4 kategori yang ada, yaitu kategori resiko II diantanya runway, apron, dan parkir kendaraan, kategori resiko III yaitu depot avtur Pertamina dan unit kerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK), dan kategori resiko tsunami IV yaitu lantai 2 terminal domestik, lantai 2 dan 3 terminal internasional, dan air traffic control. Selain itu, akibat tsunami pada bandara menghasilkan puing – puing dan batuan dalam volume yang besar, dengan jenis debris yaitu tiang kayu, batuan, dan puing beton, kendaraan penumpang, dan pesawat terbang.