digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018 TS PP YOANNE MARETHA SISWAYA 1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Teknologi yang umum digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah lumpur aktif konvensional. Namun, teknologi ini memiliki kekurangan seperti dibutuhkan lahan yang luas karena lamanya waktu retensi hidraulik. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan tersebut adalah granular aerob. Pada penelitian ini granular aerob dibentuk dalam reaktor airlift sistem aliran kontinu dengan lama waktu retensi hidraulik 12 (dua belas) jam. Aerasi dilakukan selama 24 jam dengan kecepatan 2 liter per menit (lpm). Variasi tinggi top clearance (ht) digunakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembentukan granular aerob. Variasi ht yang digunakan adalah 15 cm, 20 cm, dan 30 cm. Tinggi top clearance pada reaktor airlift berpengaruh terhadap kecepatan sirkulasi dan kecepatan gas superfisial yang kemudian memengaruhi gaya geser hidrodinamika. Semakin besar gaya geser hidrodinamika, kualitas granular yang terbentuk akan semakin baik. Kualitas granular dilihat berdasarkan karakteristik fisik yang meliputi sludge volume index (SVI), sludge density index (SDI), kecepatan pengendapan, ukuran, dan aspek rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi top clearance berpengaruh terhadap kualitas granular yang terbentuk. Namun, pengaruh tersebut tidak bersifat linear. Tidak linearnya hubungan antara tinggi top clearance dengan pembentukan granular dapat disebabkan oleh besarnya kecepatan gas superfisial dan washout biomassa. Variasi ht yang memberikan kualitas granular terbaik dicapai pada ht 15 cm, diikuti ht 30 cm, dan terakhir ht 20 cm. Variasi ht 15 cm mencapai hasil optimum dengan nilai sludge volume index (SVI) sebesar 50 ml/g, kecepatan pengendapan 39,4 m/jam, sludge density index (SDI) 2,02 g/ml, ukuran sebesar 3,5 mm, aspek rasio 0,86, dan efisiensi penyisihan organik yang mencapai 87,2%.