digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tugas mengemudi merupakan pekerjaan yang monoton. Kondisi pekerjaan yang monoton dapat menimbulkan kelelahan, kantuk dan penurunan motivasi. Selain monoton, performansi mengemudi dapat dipengaruhi oleh kondisi kekurangan tidur. Pada saat ini, penelitian terkait efek kemonotonan dan kekurangan tidur pada sektor transportasi kereta api masih sangat jarang ditambah dengan belum adanya ukuran yang menunjukkan seberapa besar pengaruh kondisi kekurangan tidur dan kondisi monoton terhadap penurunan performansi pengemudi kereta api. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kondisi kekurangan tidur khususnya pada kondisi mengemudi monoton terhadap aspek kognitif dan performansi. Sebanyak 24 orang partisipan diminta untuk mengemudikan simulator kereta api selama 240 menit untuk rute monoton dan dinamis dalam keadaan tidur normal dan kekurangan tidur. Aspek kognitif dan performansi diukur melalui pengukuran objektif yang terdiri dari Psychomotor Vigilance Task (PVT) dan Sustained Attention Test (SAT). Berdasarkan analisis menggunakan mixed model ANOVA 2 x 2, parameter PVT mean reaction times, number of lapses, 10% fastest dan SAT number of missed target menunjukkan adanya pengaruh kekurangan tidur terhadap kecepatan reaksi. Kekurangan tidur signifikan mempengaruhi penurunan performansi 2 kali lebih besar. Pada rute mengemudi monoton, pengaruh kekurangan tidur dapat menurunkan performansi sebesar 75%. Kecepatan reaksi menunjukkan penurunan sebesar 2,9%-39% pada kondisi kekurangan waktu tidur. Kekurangan waktu tidur juga meningkatkan kantuk dan kelelahan pada 20-40 menit mengemudi. Skor KSS dan VAS menunjukkan peningkatan kantuk dan kelelahan sebesar 39,4% dan 43% pada kondisi sleep deprivation. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kekurangan waktu tidur dapat menurunkan performansi 4 kali lebih besar pada kondisi monoton seiring dengan peningkatan jumlah pelanggaran kecepatan dengan tingkat kelelahan berada pada level moderate fatigue.