Dunia konstruksi ialah bidang yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di Indonesia sendiri sudah
mengalami kemajuan yang amat cepat, terutama dalam bidang konstruksi.
Kebutuhan manusia akan infrastruktur dan gedung-gedung bertingkat untuk
menunjang aktivitas sehari-hari akan selalu bertambah. Tapi masalah biasa yang
sering kali terjadi ialah bencana gempa bumi yang akan menimbulkan kerugian
yang tentu saja tidak sedikit, Khususnya pada struktur kolom, terutama pada
bangunan dengan usia layan akan berpengaruh buruk karena penurunan performa
akibat faktor eksternal seperti, korosi, serangan alkali ataupun serangan klorida.
Kolom adalah salah satu elemen struktur yang paling penting dan rentan karena
berfungsi sebagai elemen penahan beban utama dan kegagalan pada satu atau
beberapa kolom dapat menyebabkan keruntuhan struktur (Bao & Li, 2010).
Khususnya di daerah seismik, kolom beton merupakan salah satu elemen utama
untuk menahan gaya gempa (Committee & Institute, 2008). Kolom dengan detail
yang buruk adalah elemen struktur yang paling kritis, yang mungkin dapat gagal
karena geser, hancurnya beton, tekuk tulangan, ikatan pada sambungan dan lentur
(Bournas & Triantafillou, 2009).
Perlu adanya perkuatan/retrofit pada bangunan untuk mencegah kerusakan yang
bisa terjadi. Retrofit bangunan lama ialah suatu pekerjaan yang dilakukan supaya
bangunan dapat berfungsi setelah masa layannya. Pekerjaan retrofit (rehabilitasi
seismik) untuk meningkatkan kinerja seismic (strength & ductility) bangunan
eksisting, pekerjaan modifikasi dll. Retrofit dilakukan untuk menghemat biaya yang
dibutuhkan untuk membangun bangunan baru dengan cara memperbaiki bangunan
lama dengan berbagai jenis perkuatan. Sistem konvensional perkuatan struktur
beton bertulang dengan menggunakan concrete jacketing ternyata tidak efektif
karena membutuhkan pembesaran dimensi yang tidak diharapkan, penambahan
berat, pekerjaan yang insentif dan batasan-batasan konstruksi. Selain itu cara
konvesional ini bisa meningkatkan kekakuan kolom dan memberikan lebih banyak
gaya seismik ke kolom yang diperkuat (Saeed et al., 2022). Saat ini sedang
berkembang untuk menjawab masalah tersebut ialah dengan menerapkan Fiber
Reinforced Polymer (FRP).
Berbagai literatur telah menunjukkan keefektifan carbon fiber reinforced polymers
(CFRP) yang diikat secara eksternal untuk meningkatkan kekuatan lentur kolom
beton bertulang. Akan tetapi, kekuatan desain mungkin tidak dapat dicapai karena
debonding prematur atau kegagalan delaminasi yang disebabkan oleh carbon fiber
reinforced polymers (CFRP). Oleh karena itu, pengangkuran memainkan peranan
penting bagi spesimen yang diperkuat untuk mencegah kegagalan prematur akibat
debonding atau delaminasi CFRP. Penelitian ini menginvestigasi penerapan
berbagai skema pengangkuran untuk lebih memastikan efektivitas perkuatan lentur
dengan carbon fiber reinforced polymers (CFRP). Pada penelitian ini dilakukan
pengujian pada 4 buah kolom beton bertulang yang diberi penamaan C10, C12,
C20, dan C22. Spesimen C10 dan C20 merupakan spesimen kontrol sedangkan C12
dan C22 merupakan spesimen dari modifikasi perkuatan lentur dari ACI 440.2R-
17. Tujuan dari penelitian ini membandingkan perilaku dari benda uji kolom beton
bertulang dengan yang diberi perkuatan lentur FRP dan memverifikasi prosedur
pada ACI 440.2R-17. Sistem pembebanan yang dilakukan pada pengujian ini
adalah monotonic dan cyclic loadings. Beberapa parameter yang diteliti dalam
penelitian ini adalah mode kegagalan & pola retak, kurva P-?, ultimate load,
degradasi kekakuan dan disipasi energi. Berdasarkan hasil pengujian
eksperimental, didapatkan perkuatan CFRP memberi peningkatan kekuatan lentur
dengan monotonic loading sebesar 28.45% dan 5.11% dengan cyclic loading. Dari
hasil perhitungan teori momen nominal (Mn) maupun momen ultimit berdasarkan
ACI menunjukan hasil yang cukup jauh dengan hasil eksperimental untuk kolom
kontol, namun untuk kolom perkuatan nilainya mendekati hasil eksperimental.