Indonesia merupakan wilayah yang rentan dengan terjadinya bencana. Indonesia memiliki
kepulauan terbesar di dunia yang berada pada Pacific Ring of Fire dan berada tepat
dipertemuan sesar aktif Indo-Australia, Eurasian dan Pacific. Hal ini yang menyebabkan
Indonesia sangat rentan terhadap berbagai bencana dengan level atau tingkatan yang berbeda.
Jumlah kematian yang relative tinggi akibat bencana alam di Indonesia salah satunya didorong
oleh pembangunan yang mengabaikan kaidah-kaidah yang berlaku sehingga struktur bangunan
perlu peninjauan ulang kembali bahkan perbaikan. Dibutuhkan inovasi untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Inovasi yang sedang berkembang saat ini yaitu menggunakan lembaran Carbon
Fiber Reinforced Polymer (CFRP) dalam desain perkuatan bangunan maupun infrastruktur.
Namun, perilaku dan kinerja dari lembaran CFRP sebagai tulangan tarik pada elemen struktur
seperti kolom beton belum banyak diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas
mengenai hal tersebut yang dilakukan secara komprehensif.
Berbagai literatur telah menunjukkan keefektifan carbon fibre reinforced polymers (CFRP)
yang diikat secara eksternal untuk meningkatkan kekuatan lentur kolom beton bertulang. Akan
tetapi, kekuatan desain mungkin tidak dapat dicapai karena debonding prematur atau kegagalan
delaminasi yang disebabkan oleh carbon fibre reinforced polymers (CFRP). Oleh karena itu,
pengangkuran memainkan peranan penting bagi spesimen yang diperkuat untuk mencegah
kegagalan prematur akibat debonding atau delaminasi CFRP. Penelitian ini menginvestigasi
penerapan berbagai skema pengangkuran untuk lebih memastikan efektivitas perkuatan lentur
dengan carbon fibre reinforced polymers (CFRP). Pada penelitian ini dilakukan pengujian pada
4 buah kolom beton bertulang yang diberi penamaan C10, C11, C20, dan C21. Spesimen C10
dan C20 merupakan spesimen kontrol sedangkan C11 dan C21 merupakan spesimen dari
modifikasi perkuatan lentur dari ACI 440.2R-17. Tujuan dari penelitian ini membandingkan
perilaku dari benda uji kolom beton bertulang dengan yang diberi perkuatan lentur FRP dan
memverifikasi prosedur pada ACI 440.2R-17. Sistem pembebanan yang dilakukan pada
pengujian ini adalah monotonic dan cyclic loadings. Beberapa parameter yang diteliti dalam
penelitian ini adalah kekuatan, daktilitas, dan kekakuan. Untuk pembebanan monotonik dan
siklik, skema angkur sudut baja dan angkur berulir mengakibatkan relokasi engsel plastis ke
segmen di atas sudut baja, sehingga menghasilkan panjang efektif kolom yang lebih pendek
yang sering kali menunjukkan mode keruntuhan yang lebih getas. Sedangkan skema
pengangkuran pelat baja dan angkur berulir pada muka bawah dengan penambahan kurungan
CFRP menunjukkan modus kegagalan serupa dengan benda uji kontrol, yaitu keruntuhan pada
muka bawah kolom.
Kedua skema penjangkaran berhasil meningkatkan tahanan lateral dibandingkan dengan benda
uji kontrol. Untuk benda uji yang mengalami pembebanan monotonik, skema pengangkuran
baja sudut dan jangkar berulir menunjukkan ketahanan lateral yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan skema pengangkuran lainnya akibat relokasi engsel plastis yang
membuat benda uji menjadi kaku. Namun, peningkatan tersebut tidak signifikan untuk
spesimen yang diperkuat yang mengalami pembebanan siklik akibat degradasi spesimen pada
tahap awal. Karena penguatan CFRP dengan skema penjangkaran apa pun, spesimen yang
diperkuat memiliki kapasitas disipasi energi yang lebih tinggi, sehingga memperlambat
kerusakan. Namun, spesimen dengan sudut baja dan skema jangkar jangkar berulir
menghasilkan kapasitas disipasi energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan spesimen
lainnya. Berdasarkan hasil pengujian eksperimental, didapatkan perkuatan CFRP memberi
peningkatan kekuatan lentur dengan monotonic loading sebesar 43.84% dan 1,88% dengan
cyclic loading. Untuk parameter daktilitas mengalami kenaikan sebesar 10,86%, sedangkan
untuk parameter kekakuan mengalami kenaikan sebesar 4,49%.