digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam rangka mencapai target nasional “100-0-100” pada tahun 2019, berbagai upaya dilakukan terutama optimalisasi infrastruktur sanitasi di Indonesia. Salah satu lokasi perlunya dilakukan optimalisasi infrastruktur sanitasi lingkungan adalah IPAL Tanah Tinggi di Kota Tangerang. IPAL Tanah Tinggi didesain untuk dapat mengolah air limbah domestik sebesar 5.500 m3/hari setara dengan 9.167 Sambungan Rumah (SR). Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang (CKPR) Kota Tangerang menjelaskan sampai dengan saat ini terpasang 2.758 SR di wilayah Kecamatan Tangerang (Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Babakan) yang terhubung dengan IPAL. Hal ini berarti terdapat kapasitas idle sebesar 3.845 m3/hari setara dengan 6.409 SR. Untuk itu perlu dilakukan upaya percepatan pengembangan jaringan perpipaan air limbah dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi pengembangan jaringan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dari aspek teknis dan non teknis yang menjadi kendala dalam pengembangan jaringan perpipaan air limbah IPAL Tanah Tinggi, serta sub kriteria dari masing-masing aspek yang paling berpengaruh, melalui metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil penelitian melalui purposive sample, faktor-faktor kendala pengembangan jaringan pipa air limbah di wilayah pelayanan IPAL Tanah Tinggi secara berurutan adalah aspek kelembagaa (terdapatnya badan hukum/institusi yang bertanggung jawab), aspek regulasi & kebijakan (penyempurnaan regulasi/peraturan), aspek sosial (perubahan perilaku sanitasi masyarakat), aspek pembiayaan (kemampuan dan kemauan membayar masyarakat),dan aspek teknis (kemudahan dalam operasional dan pemeliharaan). Langkah utamauntuk mengatasi kendala pengembangan jaringan adalah dengan pembentukan unit teknis IPAL (UPTD) dan juga penyempurnaan Perda Kota Tangerang untuk mendukung sistem pengelolaan air limbah terpusat melalui jaringan perpipaan.