digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kawasan Konservasi (KK) memberikan sejumlah jasa lingkungan serta sumber mata pencaharian yang memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi mulai dari lingkup lokal sampai ke lingkup nasional. Sejalan dengan upaya perlindungan alam, sekaligus promosikan alam untuk tujuan ekowisata juga telah diupayakan pemerintah Indonesia dalam rangka untuk pengembangan sektor pariwisata, dengan memfungsikan Kawasan Konservasi sehingga mampu menarik dan memfasilitasi sekitar 20 juta wisatawan domestik dan sekitar 1,5 juta wisatawan internasional sampai dengan 2019. Dalam realitanya, kawasan hutan konservasi, memiliki kegunaan yang bersifat multifungsi antara lain secara nilai ekonomi, lingkungan, rekreasi, dan sosial, yang berpotensi menyebabkan konflik jangka panjang dalam lingkup pengelolaannya. Dengan kata lain, perubahan tutupan hutan seiring waktu berpotensi merombak seluruh ekosistem terkait sehingga meskipun pengembangan pariwisata sangat menguntungkan dan memiliki efek positip pada pertumbuhan ekonomi lokal, pariwisata juga berpotensi memiliki dampak negatif. Penelitian ini menghubungkan perubahan dari waktu ke waktu waktu untuk memantau kondisi transformasional dari tutupan hutan akibat kegiatan pariwisata di KK. Dalam penelitian ini, Area Konservasi / Taman wisata Alam di Jawa Barat, Indonesia dipilih sebagai daerah studi kasus, dengan memanfaatkan teknologi GIS dan Remote Sensing (RS). Monitoring perubahan tutupan hutan pada tahun 2005, 2009, 2013, dan 2017 di lakukan. Dalam studi ini,digunakan metode image differencing dengan klasifikasi berbasis pixel dan post-NDVI, yang kemudian menghasilkan area perubahan dan area yang tetap / tidak berubah setelah dilakukan metode differencing, guna meng-highlight area perubahan yang terjadi. Melalui klasifikasi NDVI, kehilangan tegakan hutan dan pertumbuhan tegakan hutan pada saat yang bersamaan dapat diamati. Sejak tahun 2005 - 2009 - 2013 hingga 2017 perubahan tutupan tegakan hutan, terutama terjadi di daerah pinggiran taman dan di mana sebagian besar kegiatan pariwisata berlangsung, yang mungkin mencerminkan perubahan mungkin terjadi karena kegiatan rutin di sekitar lokasi tersebut (pariwisata). Sangatlah jarang untuk mendapatkan Landsat dataset yang bebas dari awan, sehingga menjadikan proses tersebut menjadi langkah awal yang tersulit dari seluruh proses terutama untuk seluruh area yang ingin kita selidiki. Pada proses preprocessing optik citra satelit, deteksi awan merupakan prioritas yang terpenting. Salah langkah untuk mendeleniasi awan dan kabut dari pemandangan Landsat, menyebabkan dampak yang serius untuk analisis - analisis selanjutnya. Namun, dengan menggunakan produk GIS manipulasi area yang untuk menghilangkan dari kumpulan data satelit yang akan digunakan memungkinkan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lokasi tertentu, akan dapat dibandingkan hasilnya dengan menggunakan metode statistik korelasi, sehingga pengamatan-pengamatan, apakah tutupan hutan mungkin berkorelasi dengan kegiatan pariwisata di sekitar lokasi. Setelah dilakukan uji statistik antara perubahan-perubahan jumlah pengunjung di sekitar lokasi, ditemukan bahwa koefisien r sekitar 0,35, yang mencerminkan sebagai hubungan linier yang lemah (positif), yang menunjukkan interaksi yang lebih rendah antara kedua variabel. Dengan potensi untuk mengungkap dan mempelajari sebagian besar perubahan bentang alam, termasuk informasi deforestasi dan aktivitas gangguan hutan lainnya, pihak pengelola Kawasan Konservasi dan pemerintah daerah setempat memiliki lebih banyak ruang untuk memaksimalkan penggunaan produk - produk berbasis GIS, untuk perencanaan pariwisata dan pembuatan kebijakan perlindungan lingkungan dengan menerapkan lebih banyak fungsi dari pemanfaatan deteksi perubahan ini untuk memonitor area yang terbilang luas dengan lebih efektif.