digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018 TS PP PRIMANINGTYAS KUSUMA CINTAMI 1 ABSTRAK pdf.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Sebagai kota taman, Bandung sedang giat mengembangkan taman-taman tematik untuk mengembalikan ketertarikan masyarakat kepada taman serta meningkatkan hubungan sosial antar masyarakat. Namun di sisi lain muncul dilema di mana meningkatnya jumlah pengunjung taman sejalan dengan meningkatnya luas perkerasan dikarenakan cara berpikir masyarakat/pengunjung yang lebih mengapresiasi elemen-elemen buatan daripada elemen-elemen alami yang ada pada taman. Meminimalisir perkerasan dan menambah ruang hijau pada lingkungan kota menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai dengan keberadaan playscape, selain juga dapat memberikan pengalaman multi sensory dengan alam sebagai fokusnya. Dengan demikian playscape diharapkan dapat mendorong masyarakat, terutama di era gawai yang lazim dengan gaya hidup sedentary, untuk lebih aktif bergerak di lingkungan outdoor dan menciptakan interaksi tangible serta interaksi sosial. Mengingat lokasi tapak yang berada tidak hanya disekitar area komersial namun juga di sekitar sarana pendidikan dan pemukiman serta tidak jauh dari pusat kota maka playscape ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi dengan menghadirkan ruang yang kreatif dan imajinatif. Sejumlah kriteria desain dihasilkan dari teori dan hipotesis mengenai playscape dan perilaku, serta analisis tapak. Kriteria desain tersebut mencakup keamanan, material yang sustainable, fun-feature dan play behavior yang di dalamnya terbagi lagi menjadi beberapa aspek lanskap pembentuk, seperti akses sirkulasi, akses visual, vegetasi, infrastruktur, pengguna dan aktivitas. Sebuah desain playscape yang playful mengambil tapak di Taman Pramuka, koridor Jalan Cendana, dan Taman Supratman diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat sekitarnya akan ruang terbuka hijau. Sirkulasi multi akses diaplikasikan untuk mendistribusikan pengunjung secara merata, memudahkan akses menuju kantong-kantong aktivitas, dan memudahkan mitigasi bencana. Penggunaan mounding sebagai salah satu fun feature juga digunakan sebagai pembatas simbolis antara ruang dalam dan ruang luar. Desain kontur yang beragam (naik-turun), bersama dengan sirkulasi multi akses, juga membentuk kantong-kantong aktivitas berbeda yang dapat memisahkan sekaligus mendekatkan. Kantong-kantong aktivitas ini juga menegaskan adanya teritori dan privasi tertentu. Desain tersebut memudahkan akses visual yang membantu pengawasan ruang dalam ke ruang luar atau sebaliknya dan antara kantongkantong aktivitas yang terbentuk. Tempat duduk didesain dengan bentuk yang tidak biasa sehingga pengunjung dapat memanfaatkannya sesuai dengan persepsi masing-masing. Sebagai bagian dari konsep hidrologi, bersama kolam retensi, saluran air di tengah Taman Pramuka dipertahankan serta ditambahkan feature air mancur di atasnya yang dapat digunakan untuk bermain sekaligus menambah pengalaman sensori. Pemilihan material yang digunakan pada Hardscape adalah material bersifat permeable yang mempunyai kemampuan untuk meneruskan air hingga dapat diresapkan oleh tanah, selain itu material tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dan minim pemeliharaan. Sedangkan softscape berupa vegetasi dipilih berdasarkan zona aktivitas yaitu area olahraga, leisure, camping, dan observasi dengan kriteria sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktivitas. Samania saman dan Swietenia mahagoni yang termasuk dalam vegetasi endemik tapak akan tetap dipertahankan dan merupakan bagian dari perancangan playscape.