digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Banyaknya risiko yang terdapat pada industri farmasi dan banyaknya regulasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan farmasi, menuntut perusahaan untuk memiliki sebuah rancangan manajemen risiko yang dapat menggambarkan seluruh risiko yang berada pada kegiatan bisnis perusahaan. Manajemen risiko yang dapat menggambarkan seluruh risiko dari setiap kegiatan dapat meningkatkan kesadaran perusahaan mengenai ancaman apa saja yang dapat dialami perusahaan dan dapat meningkatkan daya saing perusahaan. PT Harsen adalah salah satu perusahaan farmasi yang berlokasi di Jakarta yang memproduksi obat-obat non-hormonal dan hormonal, serta telah dipasarkan di seluruh Indonesia dan luar negeri. Saat ini, PT Harsen belum memiliki sebuah manajemen risiko yang dapat menggambarkan seluruh risiko yang ada pada perusahaan secara terintegrasi. Adanya kasus penarikan obat dan penolakan izin edar, serta kasus keselamatan kerja pada PT Harsen membuat PT Harsen harus lebih meningkatkan manajemen risiko yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu perancangan manajemen risiko yang dapat menggambarkan seluruh risiko perusahaan karena pada saat ini perusahaan hanya memiliki manajemen risiko untuk kualitas produk yang dihasilkan dan tidak terintegrasi dengan seluruh risiko yang dapat terjadi di perusahaan. Rancangan manajemen risiko yang diusulkan pada penelitian ini menggunakan Hybrid Risk Management (HRM) yang dirancang oleh Ting, Kwok & Tsang pada tahun 2009. HRM menggabungkan tiga metodologi manajemen risiko, yaitu Hierarchical Holographic Model (HHM), Enterprise Risk Management (ERM), serta Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP). Hasil dari proses identifikasi risiko menunjukkan bahwa PT Harsen memiliki 14 topik risiko, 37 subtopik risiko, dan 57 skenario risiko. Risiko-risiko tersebut dinilai, hingga menghasilkan usulan respons risiko. Dari respons risiko tersebut, dibuat sebuah dokumen BCP dan DRP sebagai rencana untuk menghadapi risiko.