Kelakuan fasa fluida reservoir retrograde gas cukup unik jika dibandingkan dengan kelakuan fasa fluida reservoir yang lain. Seiring dengan waktu produksi, tekanan reservoir akan turun secara isothermal. Ketika tekanan alir dasar sumur mencapai tekanan dew point, sebagian gas akan terkondensasi di sekitar lubang sumur membentuk condensate blocking. Namun, ketika tekanan reservoir terus turun seiring dengan waktu produksi hingga mencapai suatu titik tertentu yang biasanya disebut dengan tekanan critical condensate, sebagian fasa kondensat akan berubah kembali menjadi fasa gas. Keberadaan condensate blocking dan perubahan kembali fasa kondensat menjadi fasa gas ini sangat mempengaruhi performa alir produksi suatu sumur. Oleh karena itu, studi ini dibagi ke dalam tiga kondisi, yaitu kondisi pertama ketika tekanan reservoir masih berada di atas tekanan dew point, kondisi kedua ketika tekanan reservoir berada di antara tekanan dew point dan tekanan critical condensate, dan kondisi ketiga ketika tekanan reservoir berada di bawah tekanan critical condensate. Studi ini mempelajari bagaimana peramalan kurva IPR untuk masing-masing kondisi tersebut. Peramalan kurva IPR ini disimulasikan menggunakan CMG-GEM 2009 dengan tiga komposisi fluida retrograde gas yang berbeda. Data yang digunakan untuk membuat kurva IPR diperoleh dengan melakukan pengujian sumur metode modified isochronal test. Perhitungan laju alir atau deliverability menggunakan metode p2 yang di dalamnya melibatkan adanya faktor turbulensi atau Non-Darcy. Pembuatan future IPR dan dimensionless IPR kemudian dilakukan untuk mendapatkan persamaan IPR untuk ketiga kondisi yang ada. Hasil persamaan IPR yang didapatkan dari studi ini ternyata berbeda-beda untuk ketiga jenis kondisi yang ada di dalam reservoir retrograde gas namun tidak signifikan sehingga dapat dibuat satu persamaan dimensionless IPR untuk ketiga kondisi tersebut.