digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebagian besar kawasan hutan lindung telah berubah fungsi menjadi area pertanian yang didasari oleh pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan tersebut. Perubahan ini memberikan dampak pada penurunan kuantitas air tanah dan potensi terjadinya bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui surplus (defisit) air tanah dan indeks kekeringan dari dampak perubahan tutupan vegetasi. Kemudian diperlukan analisis vegetasi untuk mengetahui kondisi vegetasi yang memiliki kondisi hidrologis yang paling setimbang. Penghitungan neraca air dilakukan di Kawasan Hutan Lindung Petak 51C, RPH Cisurupan, BKPH Bayongbong, KPH Garut, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat pada tiga blok yaitu blok terbuka, blok pertanian, dan blok rimba campuran berdasarkan kondisi tutupan vegetasi di atasnya. Metode penghitungan neraca air yang digunakan yaitu metode Thronthwaite-Mather. Curah hujan pada ketiga kelas kerapatan yaitu sebesar 1527,27 mm/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai evapotranspirasi aktual pada blok terbuka, blok pertanian, dan blok rimba campur secara berurutan yaitu sebesar 744,13 mm/tahun, 44,65 mm/tahun, dan 745,69 mm/tahun. Ketiga lokasi mengalami pengurangan (defisit) air tanah pada bulan Juli hingga September, sedangkan pada bulan lainnya terjadi penambahan (surplus) air tanah. Indeks kekeringan pada ketiga lokasi yaitu pada blok terbuka sebesar 4,23%, pada blok pertanian 4,17%, dan pada blok campur 4,03%. Nilai runoff pada blok terbuka, blok pertanian, dan blok rimba campur secara berurutan adalah 697,70 mm/tahun, 697,79 mm/tahun, dan 697,72 mm/tahun. Neraca air yang paling setimbang dengan kuantitas air tanah paling tinggi yaitu pada blok rimba campur karena memiliki nilai surplus dan devisit air yang setimbang dan indeks kekeringan paling kecil. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode plot bertingkat. Dari hasil analisis vegetasi blok rimba campur memiliki dominasi vegetasi tingkat pohon paling tinggi dengan jenis Toona sureni yang memiliki indeks nilai penting (INP) paling tinggi yaitu 103,74%.