digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan satuan Migmatit Jundeng dengan metode pendekatan morfologi, petrografi, dan kimia mineral. Migmatit merupakan salah satu batuan penyusun satuan Migmatit Jundeng yang tersebar di daerah Sidoluhur dan Timbulrejo, Kecamatan Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Berdasarkan proyeksi UTM, datum WGS 84, zona -48 (102o E – 108o E, Southern Hemisphere), lokasi penelitian terletak pada 9436000 m utara - 9431500 m selatan dan 498000 m barat - 502000 m timur. Pada area seluas 4 X 4,5 km2 ini dilakukan pemetaan geologi dan pengambilan conto batuan disertai pengamatan morfologi migmatit pada singkapan terpilih. Petrografi kemudian dilakukan pada conto-conto terpilih, dilanjutkan dengan pengamatan dan uji komposisi kimia mineral menggunakan scanning electron microscopy/energy-dispersive X-ray spectrometry (SEM/EDS). Morfologi migmatit yang teramati adalah metateksit stromatik, metateksit patch, metateksit schollen dan diateksit nebulit. Urutan seperti ini menunjukkan fase awal menunju fase lanjut pada proses pembentukan migmatit. Tanda-tanda pelelehan teramati dari tekstur mikro pada pengamatan petrografi seperti bidang kristal plagioklas menghadap plagioklas lainnya, mineral peritektik klinopiroksen terhadap plagioklas, serta bentukan plagioklas dan kuarsa cuspate. Hasil olah data kimia mineral dengan mengaitkan mineralogi modal amfibol dengan kimia mineral klinopiroksen dan plagioklas menyimpulkan reaksi pelelehan parsial sebagai berikut: Am + Pl = Cpx + Grt + Pl residual + Pl, K-feldspar, dan kuarsa (pseudomorf lelehan) Reaksi pelelehan terjadi dalam kondisi kering tanpa fluida air dalam kondisi bebas. Puncak metamorfisme terjadi pada temperatur minimum 1175oC dan tekanan minimum 13 kbar. Sementara itu, hasil pengukuran tekanan dan temperatur secara semikuantitatif pada amfibol paleosom dan amfibol sekunder, digabungkan dengan puncak metamorfisme menghasilkan jalur metamorfisme berlawanan dengan arah jarum jam. Hal tersebut diperkirakan lebih disebabkan oleh anomali termal daripada orogenik. Anomali termal diperkirakan berasal dari intrusi magma basaltik dari mantel atau mantle underplating.