Saat ini pemanfaatan biodigester digunakan secara luas di Kota Bandung untuk mengatasi sampah kota dengan kompisisi sampah organiknya yang dominan (56,9%). Teknologi ini memiliki beberapa manfaat mencegah timbulnya masalah terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan yang disebabkan oleh sampah, mereduksi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor persampahan, mengurangi ketergantungan terhadap Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga juga mengurangi biaya yang berkaitan dengan pemanfaatan TPA dan manfaat-manfaat lainnya.Berdasarkan hasil survei, biodigester yang berfungsi untuk biodigester skala rumah tangga sebesar 75%, biodigester skala komunal sebesar 33,3%. Dalam kajian ini, dilakukan pembuatan 3 skenario untuk melihat pengaruh biodigester terhadap emisi GRK dengan mengikutsertakan sektor transportasi sampah, pengolahan sampah dengan teknologi insenerator serta lahan urug. Analisa emisi GRK dari biodigester juga mempertimbangkan target pengolahan dari daerah serta kondisi eksisting yang ada. Dari hasil analisa diperoleh hasil emisi GRK dari skenario 1 (business as usual) sebesar 2.270 Gg CO2eq, skenario 2 menghasilkan emisi GRK dengan rentang nilai antara 551Gg CO2 (berdasarkan target pengolahan maksimum ) dan sebesar 1.468 Gg CO2eq (berdasarkan kondisi pengolahan eksisting dengan biodigester atau pengolahan minimum), dan skenario 3 menghasilkan emisi GRK dalam rentang nilai antara 864 Gg CO2eq (berdasarkan target pengolahan dengan biodigester) dan 2.136 Gg CO2eq (berdasarkan kondisi pengolahan dengan biodigester). Berdasarkan hasil analisis, maka skenario 2 merupakan skenario yang paling sedikit menghasilkan emisi GRK.
Perpustakaan Digital ITB