digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kalimantan merupakan salah satu pulau di Indonesia selain Sumatera, Sulawesi, Jawan dan Papua. Kalimantan memiliki sub-sistem kelistrikan yang masih terpisah, yaitu sub-sistem Kalimantan Barat (Kalbar), sub-sistem Kalimantan Timur (Kaltim), dan sub-sistem Kalimantan Selatan-Tengah (Kalselteng). PT PLN (Persero) sebagai pengatur kelistrikan di Indonesia memiliki rencana untuk melakukan interkoneksi antara sub-sistem Kalselteng dengan sub-sistem Kaltim, rencana ini ditujukan untuk saling bertukar suplai daya, meningkatkan realibilitas sistem dan meningkatkan nilai ekonomis karena pembangkit – pembangkit berbahan dasar diesel yang notabene memiliki biaya produksi tinggi akan menjadi prioritas terakhir untuk dihidupkan, Berdasarkan kajian sebelumnya yang dilakukan oleh STEI-ITB dengan PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan [11], kareakteristrik sub-sistem Kalselteng dan Kaltim adalah sebagai berikut: Aliran daya Kalselteng dan Kaltim masing – masing adalah 500 MW dan 400 MW, kedua sub-sistem tersebut memiliki cadangan putar yang terbatas (10%), sebaran beban tidak merata, jaringan transmisi memiliki jarak yang panjang, dan hanya memiliki satu pembangkit dengan kapasitas besar yang menjadi pembangkit base load. Rekomendasi dari kajian tersebut adalah melakukan penyetelan PSS (Power System Stabilizer) untuk meredam ketidakstabilan sinyal kecil yang muncul karena karakteristriknya yg lemah. Tesis ini ditujukan untuk melanjutkan kajian tersebut yaitu melakukan penyetelan PSS dengan metoda PSO (Particle Swarm Optimization). Tesis ini menggunakan pemodelan sistem interkoneksi Kalselteng dan Kaltim [11] yang telah dibangun dengan perangkat lunak simulasi sistem tenaga DIgSILENT PowerFactory®. Terdapat satu perangkat lunak lainnya yaitu MATLAB®. Langkah pertama adalah menentukan karakteristik dasar dari sistem interkoneksi Kaselteng dan Kaltim khususnya moda kritis yang menunjukan adanya ketidakstabilan sinyal kecil, menemukan pembangkit-pembangkit yang berkontribusi terhadap moda kritis tersebut kemudian melakukan penyetelan PSS pada pembangkit tersebut dengan metoda PSO yang dilakukan di MATLAB®. Evaluasi hasil penyetelan dilakukan dengan cara memberikan simulasi gangguan kecil kemudian membandingkan respon frekuensi sistem yang telah disetel PSSnya dengan sistem PSS tipikal [14].