digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

I WayanDaryatma27116042.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Cerita relief Jataka Candi Borobudur memiliki pesan moral yang penting untuk disampaikan sebagai sarana pendidikan, namun perbedaan zaman menjadi masalah yang menyebabkan cerita relief Jataka Candi Borobudur tidak dapat dibaca sehingga sulit dimengerti oleh para remaja 16-18 tahun, untuk itu perlu dilakukan adaptasi cerita ke media yang dapat dimengerti dengan remaja masa kini. Munculnya animasi dan format video 3600 membuka kemungkinan baru dalam menyampaikan pesan dalam cerita relief Jataka Candi Borobudur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menyampaikan pesan pada cerita relief Jataka Candi Borobudur dengan Bahasa Rupa dan merancang kembali cerita tersebut ke dalam animasi 3600 agar dapat dimengerti dan dipahami remaja usia 16-18 tahun. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus relief Jataka Candi Borobudur dimulai dengan pengambilan data melalui observasi, studi literatur, wawancara dan kuisioner. Dari hasil observasi, wawancara, dan kuisioner didapatkan dasar untuk pemilihan relief Jataka Candi Borobudur dan pemilihan cerita burung pelatuk dan seekor singa sebagai konten yang akan adaptasikan. Hasil studi literatur akan melengkapi informasi mengenai candi, relief, dan cerita di dalamnya, data hasil kuisioner awal kepada remaja 16-18 tahun menunjukan bahwa remaja aktif mengakses media sosial youtube melalui smartphonenya selama kurang lebih kurang dari sejam setiap harinya, selain itu mereka juga tertarik dengan animasi 3D dan gaya visual lowpoly. Hasil ini akan digunakan sebagai acuan dalam perancagan animasi 3600 relief Jataka Candi Borobudur agar sesuai dengan remaja masa kini. Hasil pengujian animasi 3600 pada situs youtube menunjukkan bahwa media ini dapat membantu menyampaikan cerita relief Jataka dan pesan yang terkandung di dalamnya kepada remaja usia 16-18 tahun.