Kontribusi sektor pertanian adalah penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian nasional, sehingga pertanian dapat berfungsi sebagai harapan untuk mendukung perekonomian Indonesia. Sebagai kebutuhan dasar manusia, tanaman pangan, khususnya beras, adalah komoditas utama di Indonesia. Lebih dari 90% penduduk Indonesia mengonsumsi beras. Saat ini petani di Indonesia masih banyak orang menerapkan sistem tanam konvensional. Salah satu daerah di Indonesia adalah Kabupaten Subang, yang merupakan produksi beras ketiga terbesar di Jawa Barat. Pada tahun 2014, beras yang diproduksi oleh Kabupaten Subang mengandung residu pestisida dan klorin di atas ambang batas. Potensi tinggi beras organik belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh petani di Kabupaten Subang. Pada akhir tahun 2014, tercatat kemiskinan di Kabupaten Subang hampir 72 persen yang umumnya didominasi oleh petani. Karena itu, Paguyuban Bumi Mandiri adalah kelompok tani yang ingin memanfaatkan potensi ini dan meningkatkan kesejahteraan petani padi melalui beras organik.
Peluang untuk meningkatkan permintaan konsumen akan makanan organik, terutama beras tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena produksi beras organik di Paguyuban Bumi Mandiri cenderung tetap dan luas lahan organik bersertifikat belum sepenuhnya, hanya 5,6 hektar dari 41 hektar yang dimiliki oleh anggotanya. Tidak hanya itu, Paguyuban Bumi Mandiri memiliki beberapa kesenjangan antara penawaran dan permintaan untuk setiap produk. Untuk menyelidiki dan mengeksplorasi masalah dalam penelitian ini, Enviromental Scanning dan Analisis Rantai Pasokan digunakan. Untuk Enviromental Scanning, penelitian ini menggunakan analisis PESTLE, Lima Kekuatan Porter, Analisis Pasar. Dan untuk Analisis Rantai Pasokan, dan Analisis Stakeholder dan analisis Rantai Nilai digunakan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan produk, kurangnya saluran penjualan, keterampilan dan pengetahuan sumber daya manusia yang terbatas serta keterbatasan modal dan akses keuangan untuk Paguyuban Bumi Mandiri.
Tidak hanya disebabkan oleh Paguyuban Bumi Mandiri sendiri, masalah ini timbul dan disebabkan oleh pemangku kepentingan lain seperti pemasok, pemerintah, dll. Selesai, model bisnis inklusif dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Ada beberapa tindakan untuk meningkatkan Paguyuban Bumi Mandiri menjalankan bisnis mereka. Mereka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran produk pelanggan, meningkatkan saluran penjualan, meningkatkan sumber daya manusia, dan meningkatkan modal dan akses keuangan melalui kerjasama dengan beberapa pemangku kepentingan.