Penyelidikan lapangan telah dilakukan di Pulau Bangka pada tiga lokasi yang berbeda yang bertujuan memetakan kondisi bawah permukaan dan sebaran endapan timah aluvial di bekas lokasi penambangan rakyat. Kombinasi metode Ground Penetrating Radar (GPR) dan Induced Polarization (IP) dilakukan untuk menghasilkan suatu model endapan. GPR menghasilkan resolusi yang tinggi dan efektif untuk cakupan wilayah yang luas. Penggunaan data logbor lama juga dilakukan untuk membantu interpretasi setiap penampang radargram. Lapisan dari data logbor diklasifikasikan menjadi dua kategori umum yaitu lapisan pasir dan lapisan lempung. Setiap lubang bor lama yang dilewati lintasan GPR diplot dan menjadi acuan dalam interpretasi radargram. Penarikan batas bedrock (picking) mengikuti pola reflektor amplitudo berupa titik-titik yang diinterpolasi menggunakan point kriging. Hasil model bedrock data logbor dan radargram dibandingkan untuk melihat pola perubahan bedrock. Interpretasi pola bedrock dilakukan untuk mengetahui pola perubahan bedrock yang merujuk pada keberadaan lapisan yang mengandung timah dan menjadi parameter penentuan bor validasi. Penggabungan data logbor sebagai data primer dan data interpretasi radargram sebagai data sekunder dilakukan menggunakan metode Sequential Gaussian Co-Simulation (SGCS). Metode ini memberikan realisasi berdasarkan kombinasi data primer dan sekunder sehingga menghasilkan sejumlah realisasi karakter yang baru. Hasil SGCS dibuat dalam sebaran nilai minimum, quartile 1 dan mean kemudian dibuatkan model masing-masing dan divalidasi. Penggunaan sebaran data nilai quartile 1 memberikan korelasi yang sangat kuat dengan data bor validasi, sehingga menjadi model bedrock yang reliabel dan optimum. Estimasi volume material (tailing) masing-masing Blok I 344.000 m3 , Blok II 718.000 m3 dan Blok III 1.011.000 m3 dipengaruhi oleh kedalaman model bedrock yang menjadi batas perhitungan.