digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Setelah tidak mengalami erupsi besar selama 54 tahun, Gunung Agung, Bali, terlihat mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan sejak September 2017 sebelum mengalami erupsi dua bulan kemudian. Peningkatan aktivitas ini didominasi oleh gempa swarm vulkano-tektonik jauh berjarak 3-10 km dari pusat erupsi, tepat diantara Gunung Batur dan Gunung Agung. Kemunculan event serupa juga telah mendahului beberapa erupsi lain dari gunung api yang telah lama tidak erupsi dan terbukti dapat menjadi peringatan pertama sebelum erupsi besar. Penelitian ini mencoba untuk merelokasi hiposenter dan menentukan solusi momen tensor gempa. Waveform cross correlation dilakukan sebagai perbaikan waktu tiba untuk digunakan pada relokasi hiposenter dengan metode double difference. Hasil relokasi yang didapat menunjukkan nilai residual dan distribusi yang lebih rapat serta bersesuaian dengan dugaan pengaruh dari sistem plumbing magma pada penelitian sebelumnya. Solusi momen tensor dari dua gempa terbesar menjelaskan adanya interaksi kompleks antara pengaruh tektonik dan vulkanik dalam gempa swarm ini. Karakteristik pengaruh tektonik antara lain solusi parameter sesar yang konsisten dengan struktur regional. Pengaruh vulkanik ditandai dengan adanya dominasi komponen non double-couple dalam solusi. Hasil ini mengindikasikan bahwa intrusi magma mungkin dapat memanaskan dan meningkatkan tekanan fluida di sekitar zona sesar sehingga bersamaan dengan gaya tektonik, memicu terjadinya gempa swarm yang parameter sesarnya sesuai arah struktur regional.