Daerah Mamuju menjadi lokasi penelitian berdasarkan hasil pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTKMR BATAN) berupa kegiatan pengukuran laju dosis radiasi gamma di Pulau Sulawesi. Penelitian tersebut menunjukkan laju dosis radiasi lingkungan yang tinggi (100 – 2800 nSv/jam) dan melebihi batas laju dosis radiasi untuk masyarakat yaitu 0,3 mSV/tahun atau 34,25 nSv/jam. Eksplorasi pernah dilakukan di Sulawesi kecuali daerah Mamuju dan sekitarnya, sehingga mineralisasi mineral radioaktif di daerah tersebut belum diketahui. Metodologi yang digunakan adalah analisis geokimia dan mineralogi. Analisis geokimia yang dilakukan menggunakan X-Ray Flourescence (XRF), sedangkan analisis mineralogi yaitu dengan pengamatan batuan secara megaskopis dan sayatan tipis (petrografi). Sampel batuan yang diambil berada pada Formasi Batuan Gunungapi Adang yang tersusun oleh tuf, lava dan breksi gunungapi, terutama bersusunan leusit-basal. Diagram SiO2-K2O menunjukkan bahwa daerah Mamuju mempunyai afinitas magmatik sosonitik hingga potasik. Penentuan harga ambang anomali U dan Th menggunakan kurva probabilitas. Harga ambang anomali U sebesar 237,14 ppm yang tersebar di daerah Salunangka, Botteng, Takandeang, Saleto, Pengasaan, Taan, Tande-tande dan Hulu Mamuju. Sedangkan harga ambang anomali Th sebesar 1258,93 ppm di daerah Hulu Mamuju. Asosiasi unsur U dan Th menggunakan metode persentil dan dilakukan per daerah. Dari asosiasi tersebut disimpulkan bahwa daerah Mamuju mempunyai tipe cebakan “epithermal” precious metal. Produk volkanik Mamuju bercirikan within plate dan arc related volcanism. Hal ini sesuai dengan tektonik di Mamuju yang merupakan perkembangan dari subduksi menjadi kolisi, yang menyebabkan adanya lempeng benua sebagai basement di daerah Mamuju. Distribusi kandungan U dan Th di Mamuju tidak selalu linier, pengayaan masing-masing random, dan tidak korelatif yang menunjukkan distribusi unsur di kerak benua (yang berada di Mamuju) tidak merata. Adanya anomali Th di hulu Mamuju dapat terkait dengan proses hidrotermal yang melalui bagian kerak kaya Th, dengan kandungan U yang tidak tinggi, sehingga terbentuk anomali Th dengan kadar U rendah. Selain itu proses hidrotermal juga dapat melarutkan unsur radioaktif yang bersifat mobil (U) dan meninggalkan unsur radioaktif yang immobile (Th).