Coalbed Methane merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sedang berkembang. Potensi CBM yang dimiliki Indonesia cukup besar sehingga bisa menempati posisi ke-6 di dunia. Komponen utama pada CBM adalah metana (CH4). Metana umumnya dianggap sebagai bentuk energi yang lebih bersih bila dibandingkan dengan batubara dan minyak. Biaya eksplorasi CBM relatif lebih rendah dan sumur yang digunakan untuk memproduksikan CBM memiliki biaya pengeboran yang lebih efektif. Oleh sebab itu, pemanfaatan CBM di Indonesia harus segera dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Dalam pemanfaatannya, dibutuhkan teknologi pengeboran ataupun stimulasi lanjutan agar dapat diproduksikan pada laju aliran yang komersial. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas CBM adalah dengan melakukan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing) pada reservoir. Stimulasi perekahan hidraulik dapat meningkatkan produktivitas sumur. Dalam studi ini akan dilakukan uji sensitivitas pada dua parameter, yaitu lebar rekahan dan panjang setengah rekahan (geometri rekahan). Studi ini menunjukkan bahwa pada reservoir Anthracite dan Sub Bituminous hasil sensitivitas terbaik adalah dengan menambahkan panjang rekahan satu sayap dan mengurangkan lebar rekahan. Sedangkan untuk reservoir High Volatile Bituminous adalah kebalikannya. Panjang rekahan satu sayap optimum untuk reservoir Anthracite, High Volatile Bituminous, dan Sub Bituminous secara berurutan adalah 194.80 ft, 91.91 ft, dan 221.80 ft. Sedangkan lebar rekahan optimum untuk reservoir Anthracite, High Volatile Bituminous, dan Sub Bituminous secara berurutan adalah 0.00134 ft, 0.01032 ft, dan 0.00468 ft. Fold of Increase (FOI) optimum untuk setiap reservoir Anthracite, High Volatile Bituminous, dan Sub Bituminous secara berurutan adalah 4.74, 3.19, dan 5.15.