digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Selat Sunda merupakan selat yang penting karena menghubungkan dua pulau besar di Indonesia yaitu Pulau Sumatera dan Jawa serta menjadi pertemuan antara dua perairan dengan karakteristik yang berbeda yaitu Samudera Hindia yang luas dan dalam dengan Laut Jawa yang sempit dan dangkal sehingga perairan ini menarik untuk diteliti. Salah satu parameter fisis oseanografi yang dikaji pada perairan ini adalah sirkulasi arus. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dinamika arus yang dibangkitkan oleh pasang surut dan angin di Selat Sunda. Simulasi dilakukan menggunakan model DELFT3D. Data input yang digunakan adalah data pasang surut dari Tide Model Driver (TMD), data angin dari European Center for Medium Range Forecast (ECMWF), serta batimetri yang menggunakan data milik DisHidros-TNI AL dan GEBCO dengan resolusi 30 detik. Data observasi yang digunakan adalah data elevasi yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dan data kecepatan arus yang diperoleh dari Badan Litbang Kelautan dan Perikanan yang bekerja sama dengan The First Institute of Oceanography, SOA, China pada studi milik Pertiwi (2017). Pada studi ini, dilakukan beberapa skenario diantaranya adalah simulasi arus yang hanya dibangkitkan oleh pasang surut pada bulan Desember 2015 serta simulasi arus musiman dengan gaya pembangkit pasang surut dan angin pada musim barat (Desember 2015) dan musim timur (Juli 2015). Verifikasi dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi model dengan data observasi. Hasil verifikasi elevasi sangat baik dengan nilai R2 sebesar 0,93 dan 0,94 serta menghasilkan nilai RMSE sebesar 0,1 m dan 0,11 m untuk Stasiun Panjang dan Kota agung. Perbandingan arus arah barat-timur dengan data observasi menghasilkan nilai yang cukup baik dengan R2 sebesar 0,56 dan RMSE sebesar 0,15 m/s. Sedangkan perbandingan arus arah utara-selatan hasil simulasi dengan data observasi sangat baik dengan R2 sebesar 0,9 dan RMSE sebesar 0,17 m/s. Berdasarkan peta bilangan Formzahl, tipe pasang surut di Selat Sunda adalah campuran condong semidiurnal di barat daya dan campuran condong diurnal di timur laut. M2 adalah komponen dominan dengan nilai amplitudo sebesar 0,3 dan menjalar dari barat daya menuju timur laut. Keunikan dari fasa M2 di Selat Sunda adalah terdapat front fasa M2 pada celah sempit. Hasil simulasi menunjukkan pada saat pasang arus bergerak menuju Laut Jawa dan pada saat surut menuju Samudera Hindia. Kecepatan maksimum terjadi pada saat pasang purnama yaitu 2,2 m/s pada daerah tersempit. Arus residu pasut mempunyai arah dominan ke barat daya. Kondisi dinamika perairan yang dibangkitkan oleh angin tidak jauh berbeda, hal ini menunjukkan Selat Sunda lebih didominasi oleh pasang surut. Tetapi untuk arus rata-rata di permukaan, terlihat pengaruh angin yaitu pada musim barat arus dominan bergerak ke timur yang menunjukkan pengaruh angin musim barat, sedangkan pada musim timur arus bergerak ke arah barat dengan magnitudo yang lebih besar karena arah angin searah dengan arah residu pasut.