digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia adalah negara peringkat ke-3 dengan kasus TB tertinggi di dunia (WHO,2013) dengan ditemukannya 700.000 kasus hingga tahun 2012 dan mayoritas kejadian ditemukan di wilayah permukiman pedesaan. Penyebaran penyakit TB dipengaruhi oleh hubungan antara bakteri TB, manusia, dan lingkungan tempat tinggal (Gordon, 1916). Hal ini menandakan bahwa kualitas salah satu parameter tersebut dapat mempengaruhi kualitas paramater yang lainnya. Dengan kata lain, rendahnya kualitas lingkungan fisik, yang terdiri dari hunian serta lingkungan di sekitarnya, dan buruknya kondisi kesehatan manusia dapat menjadi faktor penyebab tingginya angka prevalensi TB di permukiman. Berdasarkan temuan penelitianpenelitian sebelumnya, ada beberapa indikator dan variabel terkait faktor fisik dan non-fisik lingkungan permukiman yang mempengaruhi penyebaran penyakit TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas fisik permukiman terhadap fenomena penyebaran TB. Di dalam prosesnya, penelitian ini melakukan penilaian dan identifikasi hubungan pada indikator-indikator fisik maupun non-fisik Lingkungan yang diindikasi menjadi faktor pengaruh kejadian TB. Identifikasi faktor Didasarkan dari studi literatur untuk menghimpun daftar acuan standar yang akan igunakan untuk penilaian indikator. Sedangkan proses penilaian variabelvariabelnya, dilakukan dengan survey dan pengukuran langsung pada hunian yang telah dipilih dari seleksi pasien Balai Pengobatan Paru-Paru (BP4) Kebumen. Himpunan data eksisting yang didapatkan dari proses pengukuran langsung dianalisis dengan metoda analisis distributif, korelasi, dan regresi. Ditetapkan 3 kategori data prevalensi TB yang disesuaikan dengan jenis data untuk tiap proses analisis tersebut, yaitu kategori lama pasien TB terdaftar di BP4 Kebumen yang berjenis nominal, durasi pasien TB terdaftar di BP4 Kebumen (dalam hitungan bulan) dan prosentase penderita TB dalam satu hunian yang berjenis continuous. Dari hasil analisis ditemukan bahwa 58% dari total penderita TB di Kabupaten Kebumen yang menjadi responden adalah laki-laki, 96% berusia lebih dari 20 tahun, dan 58% bekerja sebagai pekerjaan non-swasta, selain ibu rumah tangga dan selain petani. Mayoritas dari responden tidak memiliki kebiasaan yang sering ditemukan pada kasus TB di wilayah lain, tetapi 66% dari responden tidak sering beraktivitas di luar ruangan dan 56% penderita TB tersebut masih melakukan interaksi intensif dengan penghuni lain dalam satu lingkungan rumah. 98% dari hunian menggunakan batu bata sebagai material dinding, 70% hunian memiliki lantai keramik dan acian semen. 92% hunian memiliki luas bangunan per-jiwa ≥ 10 m2/jiwa, 90% memiliki lahan lebih dari 60 m2, 70% memiliki nilai KDB ≥ 60%. Pada indikator ventilasi dan pencahayaan lebih dari 60% hunian memiliki prosentase bukaan ventilasi di bawah standar, lebih dari 70% tidak mendapat intensitas pencahayaan ≥ 2%. 98% hunian memiliki nilai kelembaban yang tidak ideal yaitu > 60% dan 74% hunian memiliki suhu ≥ 300C. Sedangkan dari hasil analisis korelasi dan regresi terbukti ada beberapa indikator yang memiliki hubungan dengan prevalensi TB, seperti kepadatan hunian khususnya luas per-jiwa (r:-0,47;Rsquare:0,22), sistem pencahayaan khususnya Prosentase WWR (r:0,33; Rsquare:0,11), serta kelembaban (r:0,21) dan suhu (r:0,27). Kesimpulan dari hasil analisis tersebut menjadi rumusan kriteria penataan hunian yang dapat menekan prevalensi TB. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, penelitian selanjutnya, perbaikan lingkungan permukiman di masa depan.