digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Seiring bertambahnya populasi manusia, kebutuhan akan energi semakin meningkat, oleh karena itu kebutuhan akan produksi energi meningkat. Pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara memiliki ketergantungan terhadap sumber batubara yang terbatas dan emisi gas buang pembangkit listrik itu sendiri memiliki dampak buruk bagi atmosfer bumi. Di sisi lain, pembangkit energi terbarukan memberikan emisi rendah hingga tidak beremisi dengan sumber energi yang kontinyu. Sebuah pembangkit tenaga surya adalah salah satu pembangkit listrik terbarukan yang memberi kita fleksibilitas pemasangan karena hanya membutuhkan energi matahari matahari dan tidak menghasilkan emisi. Sebuah pembangkit tenaga surya pada jaringan tegangan rendah hanya membutuhkan komponen yang relatif sedikit sehingga hanya membutuhkan sejumlah kecil ruang untuk pemasangan. Hal ini bisa menjadi solusi baik untuk produksi energi berkapasitas kecil. Untuk mengetahui kelayakan investasi terhadap pembangkit tenaga surya skala kecil ini, kita perlu mengetahui Levelized Cost of Energy, dari LCOE ini maka kita dapat menganalisis bagaimana Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR) untuk menentukan kelayakan investasi. Namun karena adanya jangkauan yang berbeda untuk setiap komponen penyusun LCOE, NPV, dan IRR maka akan muncul kemungkinan-kemungkinan, kemungkinan atau kepastian akan nilai-nilai tersebut akan disimulasikan dengan simulasi Monte Carlo untuk menentukan berapa kepastian akan nilai tertentu pada perhitungan. Kemudian data disajikan pada survey untuk mengetahui minat pelanggan untuk berinvestasi dan beralih ke sistem PLTS grid-tied. Penetrasi PLTS pada jaringan tegangan rendah tentunya akan memberikan dampak, sehingga disimulasikan dengan menggunakan software Digsilent untuk melihat dampaknya.