digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pola hujan sangat penting dalam prakiraan musim di Benua Maritim Indonesia. Ada dua pendekatan utama dalam penentuan pola hujan di Benua Maritim Indonesia, yaitu PCA (Principal Component Analysis) dan analisis harmonik. Pendekatan analisis harmonik diketahui lebih cocok diterapkan pada wilayah yang mempunyai topografi yang kompleks. Kondisi topografi yang kompleks juga terdapat di Sumut, hal ini disebabkan wilayah ini berada pada jalur Pegunungan Bukit Barisan. Penentuan pola hujan di wilayah Sumut ini dilakukan dengan menganalisis siklus tahunan dan setengah tahunannya yang diperoleh dari hasil analisis hamonik rata-rata bulanan curah hujan observasi. Nilai rasio atau perbandingan antara amplitudo siklus tahunan dengan jumlah amplitudo siklus tahunan dan setengah tahunannya dihitung dan diplot ke dalam peta untuk memperoleh variasi spasial dan deliniasi wilayahnya. Sedangkan faktor yang menyebabkan variasi spasialnya diteliti dengan menganalisis transpor kelembapan, nilai konvergensi yang diperoleh dari data reanalysis Era Enterim. Hasilnya menunjukkan wilayah Sumatera Utara dapat dibedakan menjadi 5 region siklus curah hujan, dimana region 1 (siklus setengah tahunan dominan), region 2 siklus setengah tahunannya sedikit lebih dominan), region 3 (siklus tahunannya sedikit lebih dominan), region 4 (siklus tahunan dominan) dan region 5 (siklus tahunan sangat dominan). Variasi pola tersebut terindikasi disebabkan oleh adanya pengaruh Pegunungan Bukit Barisan yang menjadi mekanisme penghadang transpor kelembapan di wilayah Sumatera Utara.