digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pencemaran limbah amalgamasi di lokasi penambangan emas skala kecil di Buni Kasih, Pangalengan, Kab. Bandung sudah sangat tinggi. Bedasarkan hasil analisis pada sampel air dan tanah, kadar merkuri berkisar antara 0 ppb – 16,98 ppb pada sampel air dan 8,6 ppm – 146 ppm pada sampel tanah (pengambilan sampel tahap pertama) serta 8 ppm – 107 ppm (pada pengambilan sampel tahap kedua). Nilai ini sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan pemerintah (0,001 ppm – 0,005 ppm). Tingginya kadar merkuri disebabkan karena pembuangan langsung limbah amalgamasi ke sungai. Di samping itu, perlakuan amalgamasi yang dilakukan bersamaan dengan penggerusan (cara langsung) mengakibatkan jumlah merkuri yang terbuang bersama tailing cenderung masih tinggi dan perolehan emaspun menjadi rendah. Untuk mengurangi dampak ini, salah satu caranya adalah dengan menerapkan amalgamasi cara tidak langsung dimana amalgamasi dilakukan setelah penggerusan. Dengan metode ini, diharapkan kehilangan merkuri dapat dikurangi dan perolehan emaspun dapat meningkat. Berdasarkan hasil Analisis AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) pada sampel bijih emas menunjukkan bahwa ssampel bijih memiliki kadar emas yang rendah (4,266 ppm) dan kadar perak yang tinggi (245,91 ppm). Hal ini menujukkan bahwa sampel bijih memiliki kadar emas yang kurang dari persyaratan untuk dilakukan amalgamasi (8 gr/ton). Akibatnya amalgamasi yang dilakukan pada sampel bijih emas ini tidak dapat menghasilkan amalgam. Jumlah umpan yang relatif rendah (1 Kg – 2 Kg) dan putaran gelundung yang relatif tinggi (53 rpm) juga dimungkinkan merupakan penyebab tidak terbentuknya amalgam. Keberhasilan amalgamasi sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu: mineralogi bijih, putaran gelundung, persen solid, pH pulp, waktu kontak, dan banyaknya material penggerus.