digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-COVER.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 3A.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 3B.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 4A.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 4B.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-BAB 6.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2015 TS PP SARA SORAYYA ERMUNA 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Rd. Lenny Fatimah N., Dra

Kota Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat telah berkembang sebagai kota dengan berbagai jenis kegiatan, terutama sebagai kota perdagangan, jasa, pendidikan, dan industri. Seluruh jenis kegiatan yang ada telah menjadi daya dorong yang besar bagi pertumbuhan ekonomi Kota Bandung dan sekitarnya. Jumlah penduduk Kota Bandung sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat, memiliki peningkatan jumlah penduduk rata-rata 1,36% dari tahun 2002-2013. Tingginya jumlah penduduk di sebuah kota pada umumnya diiringi dengan tingginya jumlah moda transportasi pribadi dimana peningkatan jumlah kendaraan pribadi (sepeda motor, mobil penumpang dan barang, jeep dan sejenisnya, bus besar-kecil non umum) dari tahun 2008-2010 mencapai 8,34% sehingga diyakini dapat mempengaruhi kondisi lalu lintas. Dampak yang dikaji dalam penelitian ini ialah kinerja jaringan jalan serta emisi gas buang kendaraan. Inventori emisi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam permasalahan pencemaran udara. Hal ini disebabkan karena sektor transportasi telah menjadi sumber pencemar terbesar di perkotaan. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan estimasi beban emisi menggunakan beberapa database faktor emisi dengan karakteristik yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui besaran kinerja jaringan jalan dan emisi gas buang kendaraan setelah skenario penerapan monorel Kota Bandung diterapkan sehingga dapat menjadi masukan dalam penyusunan studi selanjutnya. Hasil temuan studi dari penelitian ini berkaitan langsung dengan rumusan masalah yang diangkat, ialah a) terdapat 11 ruas jalan di Kota Bandung yang dijadikan sebagai wilayah penelitian sesuai dengan rencana jalur monorel di Kota Bandung, dimana ruas jalan tersebut adalah Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Dipati Ukur, Jalan Merdeka, Jalan Braga, Jalan Lembong, Jalan Veteran, Jalan Sunda, Jalan Gatot Subroto, Jalan Pelajar Pejuang 45, Jalan Buah Batu dan Jalan Terusan Buah Batu. Sebelas ruas jalan tersebut memiliki geometrik jalan yang berbeda dimana 3 ruas jalan memiliki lajur dan jalur 4/2 D (Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Pelajar Pejuang 45, Jalan Terusan Buah Batu), 3 ruas jalan (Jalan Dipati Ukur, Jalan Gatot Subroto, Jalan Buah Batu) memiliki lajur dan jalur 4/2 UD, 4 ruas jalan memiliki lajur dan jalur 3/1, 1 ruas jalan (Jalan Merdeka) memiliki lajur dan jalur 4/1; b) Hasil perhitungan kinerja jaringan jalan pada kondisi eksisting menunjukkan bahwa 8 dari 11 ruas jalan (Kecuali ruas Jalan Dipati Ukur, Jalan Veteran, dan Jalan Buah Batu) memiliki kelas kinerja jaringan jalan di bawah B, sehingga memiliki potensi untuk terjadinya tundaan hingga kemacetan di masa mendatang; c) Hasil perhitungan kinerja jaringan jalan setelah dilakukan penerapan skenario monorel Kota Bandung, maka terjadi perbaikan kelas kinerja jaringan jalan, dimana hanya 5 ruas jalan yang memiliki kelas kinerja jaringan jalan di bawah kelas B. Hal tersebut menunjukkan bahwa skenario monorel dapat memperbaiki kelas kinerja jalan di Kota Bandung. Sementara itu, hasil uji primer untuk unsur CO, NO2, dan SO2 pada kondisi eksisting menunjukkan bahwa seluruh ruas jalan yang direncanakan sebagai monorel tidak melebihi baku mutu yang berlaku di Indonesia. Namun, untuk faktor kebisingan seluruh ruas jalan melebihi dari standar baku mutu yang ditetapkan. Pengambilan data uji primer ini dilakukan selama 1 jam untuk masing-masing ruas jalan pada jam puncak. Hasil perhitungan model emisi gas buang kendaraan untuk unsur CO, NO2, dan SO2 dengan menggunakan data volume lalu lintas dan faktor emisi yang berlaku di Indonesia (LAPI ITB dan Kementerian Lingkungan Hidup) menunjukkan hasil yang lebih rendah atau sama dengan hasil uji primer yang telah dilakukan, terutama untuk unsur CO dan SO2 yang dirasakan lebih sesuai jika menggunakan faktor emisi yang dikeluarkan oleh LAPI ITB sedangkan pencemar NO2 lebih sesuai untuk menggunakan faktor emisi dari Kementerian Lingkungan Hidup. Secara keseluruhan, adanya skenario monorel di Kota Bandung dapat meningkatkan kelas kinerja jaringan jalan dan menurunkan emisi gas pencemar dari sektor transportasi.