Metoda desain struktur perkerasan lentur saat ini mengenal dua jenis pendekatan
yaitu metoda empiris dan metoda mekanistik. Metoda desain struktur perkerasan
lentur secara mekanistik telah cukup berkembang selama tiga dekade terakhir.
Semenjak tahun 1970-an, karakteristik campuran beraspal sudah mulai dipahami
dengan adanya alat-alat pengujian yang bisa langsung mengukur nilai modulus dari
suatu bahan seperti alat uji Direct Shear Rheometer (DSR) dan alat uji Universal
Material Testing Apparatus (UMATTA).
Model yang digunakan untuk menghitung modulus kekakuan aspal (Sbit) dapat
menggunakan Nomogram Van der Poel maupun rumus Ullidtz dengan batasanbatasan
tertentu, sedangkan model matematis yang dapat digunakan untuk
melakukan perhitungan modulus campuran beraspal (Smix) antara lain metode
Bonnaure et.al (1977), metode Asphalt Institute (1982) dan metode Nottingham
(Brown, et. al. 1984). Penelitian ini mencoba untuk memberikan kontribusi yang
baru pada rangkaian penelitian asbuton, dimana penelitian ini bertujuan untuk
memvalidasi model yang digunakan untuk aspal minyak yang belum dimodifikasi
dan membandingkannya dengan aspal minyak yang telah dimodikasi asbuton.
Modulus kekakuan aspal (Sbit) selain dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan
waktu pembebanan yang diterima oleh aspal, juga bergantung kepada jenis aspal
yang digunakan maupun jenis modifikasi yang dilakukan baik untuk perbaikan sifat
reologi maupun sifat mekanistik aspal. Modifikasi tersebut tentu saja diharapkan
dapat juga turut serta memperbaiki nilai modulus (Smix) dari suatu campuran
beraspal yang menggunakan aspal yang telah dimodifikasi, yang dalam penelitian
ini modifikasi yang dilakukan adalah dengan menambahkan asbuton ektraksi murni
sebesar 8% dari berat aspal.
Model Van der Poel cenderung lebih sesuai untuk digunakan dalam menentukan
nilai Sbit dengan melakukan penyesuaian terhadap besaran nilainya agar dapat
mendekati nilai Sbit hasil dari pengujian DSR. Model Asphalt Institute lebih
direkomendasikan untuk digunakan dalam menentukan nilai Smix dikarenakan
oleh nilai Smix yang dihasilkan cenderung konsisten terhadap perubahan
temperatur yang tinggi.