digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kebutuhan aspal minyak di Indonesia sebagai salah satu material campuran perkerasan jalan semakin meningkat. Kekayaan SDA Indonesia di Pulau Buton berupa aspal Buton (Asbuton) dapat menjadi alternatif aspal minyak. Struktur perkerasan yang kuat untuk mendukung beban lalu lintas yang tinggi sangatlah penting, sehingga diperlukan adanya suatu perancangan campuran perkerasan jalan yang baik. Salah satu caranya, yaitu dengan menggunakan campuran aspal panas Stone Matrix Asphalt (SMA) yang memiliki umur pelayanan dan ketahanan retak lelah yang baik karena kadar aspal yang tinggi. Tingginya persentase agregat kasar dalam campuran ini, maka dibutuhkan bahan pengikat aspal dengan karakteristik yang keras. Untuk itu aspal yang digunakan adalah aspal modifikasi Asbuton murni Lawele yang dapat meningkatkan kinerja struktural dan fungsional dari campuran. Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal Pen 60/70, aspal modifikasi Starbit dan aspal modifikasi Asbuton PMA 2%. Sedangkan campuran yang dipakai adalah SMA halus dengan nominal maksimum agregat 12,5 mm dan campuran ditambah serat selulosa untuk mencegah terjadinya pengaliran aspal yang berlebih pada saat pencampuran. Campuran SMA yang direncanakan sesuai dengan AASHTO M 325-08 yang dilengkapi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 dan akan diuji dengan menggunakan pengujian Marshall, Draindown, Indirect Tensile Strength Rasio (ITSR), Cantabro loss, Modulus Resilien dan ketahanan terhadap kelelahan (Fatigue) dengan metode Four Point Loading kontrol regangan. Kandungan Asbuton sebagai aditif aspal minyak Pen 60/70 (PMA 2%) membuat aspal menjadi lebih keras, namun memiliki elastisitas yang lebih tinggi daripada aspal Pen 60/70. Secara umum, campuran SMA aspal PMA 2% pada hasil pengujian laboratorium memberikan kinerja campuran yang semakin baik dibandingkan dengan campuran SMA aspal Pen 60/70.