digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pelabuhan darat dapat menjadi struktur penting dalam mendukung kegiatan ekspor dan impor sebuah wilayah. Dengan adanya pelabuhan darat, hubungan antara daerah hinterland dengan pelabuhan laut menjadi lebih baik. Kota Bandung dan sekitarnya yang berpotensi dalam ekspor produk pertanian dan industri pengolahan khususnya industri tekstil dan produk tekstil, karet, dan produk dari batu alam, serta hasil kerajinan rakyat memiliki sebuah pelabuhan darat yaitu Terminal Peti Kemas Bandung. Namun, saat ini Terminal Peti Kemas Bandung tidak berfungsi sebagai pelabuhan darat, melainkan tempat penimbunan sementara. Saat ini, terdapat keinginan untuk mengembalikan kembali fungsi pelabuhan darat pada Terminal Peti Kemas Bandung. Untuk dapat memastikan apakah implementasi kembali Terminal Peti Kemas Bandung menjadi pelabuhan darat dapat memberikan keuntungan dan dapat berfungsi dengan baik, maka perlu diketahui potensi implementasi kembali Terminal Peti Kemas Bandung sebagai pelabuhan darat. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian campuran konkuren dengan metode analisis yang digunakan adalah analisis isi, analisis koding, analisis deskriptif kualitatif, dan analisis deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui potensi implementasi kembali Terminal Peti Kemas Bandung sebagai pelabuhan darat, dilakukan analisis menggunakan model 5 Kekuatan Porter. Dalam Model 5 Kekuatan Porter, terdapat 5 kekuatan yang dipertimbangkan, yaiu persaingan antar perusahaan, ancaman masuknya pesaing baru, potensi pengembangan substitusi, kekuatan tawar menawar pembeli, dan kekuatan tawar menawar pemasok. Selain itu, untuk mengetahui sejauh mana kondisi Terminal Peti Kemas Bandung sebagai pelabuhan darat, dilakukan analisis kondisi faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelabuhan darat, yaitu lokasi pelabuhan darat, kelengkapan layanan pelabuhan darat, koneksi dengan jaringan kereta api, reposisi peti kemas, penerapan teknologi maju, memfasilitasi perdagangan internasional, kebijakan logistik pemerintah, koordinasi antar agen pemerintah, kerjasama pemerintah dengan operator, dan sumber daya manusia yang baik dalam pengelolaan, perencanaan, dan pemasaran. Analisis Model 5 Kekuatan Porter menunjukkan bahwa persaingan yang terdapat di lingkungan eksternal Terminal Peti Kemas Bandung rendah sehingga Terminal Peti Kemas Bandung memiliki potensi memberikan keuntungan ketika diimplementasikan kembali sebagai pelabuhan darat. Selain itu, terdapat 9 dari 10 faktor yang perlu dipenuhi, yaitu kelengkapan layanan di pelabuhan darat, peningkatan kualitas layanan kereta api, reposisi peti kemas kosong dengan efektif, penerapan teknologi maju, memfasilitasi perdagangan internasional, dukungan kebijakan logistik, koordinasi antar agen pemerintah, kerjasama antara pemerintah dengan operator, dan sumber daya manusia yang baik.