Nikel adalah logam yang jika dipadukan dengan besi, krom dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang baik terhadap panas dan listrik. Logam nikel dalam bentuk paduan banyak digunakan di bidang industri seperti industri stainless steel, kimia, electroplating, dan industri paduan logam lainnya. Di alam, nikel ditambang dari dua jenis bijih utama yaitu bijih sulfida dan oksida (laterit). Cadangan bijih nikel sulfida diperkirakan berjumlah sekitar 30% dari total cadangan nikel seluruh dunia dan sisanya sebesar 70% adalah nikel oksida. Namun dari sisi produksi, nikel lebih banyak dihasilkan dari bijih sulfida sekitar 60% dibandingkan nikel oksida yang sekitar 40%. Indonesia memiliki cadangan nikel laterit sekitar 15,7 % dari seluruh cadangan nikel laterit di dunia. Saat ini, konsentrasi nikel dari bijih laterit masih belum berhasil karena masalah kompleksitas mineralogi, struktur amorf, asosiasi dengan besi oksida dan mineral silikat, distribusi partikel yang merata dan ukuran yang sangat halus (sampai ukuran nanometer) sehingga benefisiasi secara fisik sulit untuk dilakukan.
Penelitian terbaru terkait benefisiasi nikel laterit dengan metode sulfidisasi menggunakan belerang sebagai agen sulfidisasi kemudian dilanjutkan proses konsentrasi flotasi mengungkapkan bahwa nikel sulfida dapat dihasilkan melalui sulfidisasi dengan syarat perolehan sulfidisasi nikel > 80% sehingga melalui konsentrasi flotasi memungkinkan untuk menghasilkan konsentrat nikel. Selain belerang, natrium sulfat Na2SO4 diketahui dapat digunakan sebagai agen sulfidisasi bijih nikel laterit sehingga menghasilkan nikel sulfida namun proses konsentrasi flotasi hasil sulfidisasi menggunakan Na2SO4 belum diketahui.
Pada penelitian ini sulfidisasi bijih nikel laterit asal Pulau Gag menggunakan Na2SO4 kemudian dilanjutkan proses konsentrasi flotasi telah diamati. Pengaruh temperatur dan jumlah penambahan Na2SO4 dipelajari pada penelitian ini sebagai variabel yang berpengaruh dalam percobaan sulfidisasi. Temperatur sulfidisasi yang digunakan adalah 600, 700, 800 dan 900oC sedangkan jumlah Na2SO4 yang ditambahkan adalah 5, 10, 15 dan 20%. Untuk percobaan flotasi, dilakukan dalam dua metode, pertama adalah percobaan flotasi mikro dan kedua adalah percobaan flotasi skala lab. Percobaan flotasi mikro bertujuan untuk memperoleh variabel yang optimal seperti pH dan jenis kolektor, ukuran umpan dan dosis kolektor yang kemudian digunakan pada percobaan flotasi skala lab. pH yang digunakan pada percobaan flotasi divariasikan dari 5-12 dengan jenis kolektor yang digunakan adalah Sodium Isobutyl Xanthate (SIBX), Dithiophosphate (DTP), Flomin C-7931 (Modified Formate/Ester) dan Potassium Amyl Xanthate (PAX). Ukuran umpan yang digunakan bervariasi dari -100 +200, -200 +400 dan -400 Mesh dengan dosis kolektor juga divariasikan dari 150, 200, 250 dan 300 g/ton umpan. Analisis seperti Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), X-Ray Flourescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS) digunakan untuk mengamati hasil-hasil yang diperoleh pada penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bijih nikel laterit asal Pulau Gag mengandung mineral goethite, hematit, krisotil dan kuarsa dengan distribusi nikel yang merata pada bijih. Hasil percobaan sulfidisasi menunjukkan bahwa sulfidisasi Ni (%) meningkat dengan meningkatnya temperatur sulfidisasi dan penambahan jumlah Na2SO4. Sulfidisasi Ni meningkat dari 43,18% pada 600oC menjadi 76,00% pada 900oC dan menjadi 93,73% pada 900oC dengan penambahan Na2SO4 20%. Peningkatan temperatur sulfidisasi membuat goethite dan hematit bertransformasi menjadi magnetit sehingga Ni yang terjebak dalam struktur goethite dan hematit dapat bebas dan bereaksi dengan Na2SO4 untuk membentuk fasa besi-nikel sulfida seperti pentlandite. Peningkatan jumlah Na2SO4 yang ditambahkan pada briket memaksimalkan reaksi sulfidisasi yang terjadi. Hasil dari percobaan flotasi menunjukkan bahwa kadar nikel meningkat dari 1,69% pada umpan menjadi 2,16% dengan perolehan nikel 33,20%. Kehadiran olivin merupakan penyebab utama tidak signifikannya flotasi nikel karena olivin melapisi permukaan dan menekan flotasi pentlandite sebagai fasa nikel sulfida. Secara keseluruhan, proses benefisiasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar nikel meningkat dari 1,97% menjadi 2,16%.