Bank perkreditan, baik itu Bank Perkreditan Rakyat konvensional (BPR)
atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), terus berkembang seiring dengan
perkembangan usaha kecil menengah dan perkembangan bisnis pada umumnya.
BPRS dalam perkembangannya terus meningkat seiring dengan perkembangan
ekonomi syariah yang semakin banyak diminati, ditunjang bahwa Indonesia negara
dengan populasi muslim terbesar di dunia. Tingkat profitabilitas BPRS di seluruh
negeri, menunjukkan kecenderungan meningkat, dari tahun ke tahun, namun BPR
berbanding terbalik dengan BPRS, yang menunjukkan tren menurun selama
periode yang sama, walaupun BPR dalam operasionalnya lebih dahulu berdiri
dibanding BPRS. Berdasarkan fakta tersebut, masalah penelitian adalah untuk
mempelajari perbedaan efisiensi melalui Data Envelopment Analysis (DEA), antara
kasus BPR konvensional (BPR) dan syariah (BPRS) di provinsi Jawa Barat, sebagai
pusat berkembangnya usaha BPR dan BPRS di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efisiensi antara
BPR dan BPRS. BPR tidak lebih efisien dibanding BPRS. Dengan demikian, BPRS
meski skala ekonominya lebih kecil dari BPR, namun dapat mencapai efisiensi
yang sama seperti BPR. Kedua jenis BPR tersebut tidak mencapai kriteria
produktivitas. Hanya dalam satu tahun, BPR dan BPRS mencapai kriteria
produktivitas. Secara keseluruhan, 3 BPR memenuhi kriteria perubahan
produktivitas secara total, sedangkan BPRS hanya 2 yang memenuhi kriteria
tersebut. Oleh karena itu, operasional BPR pada dasarnya menggambarkan tingkat
produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan BPRS.