Pertambangan merupakan bisnis berisiko tinggi karena sektor ini biasanya memerlukan biaya
pengembangan tinggi dengan begitu banyak ketidakpastian terutama terkait dengan volatilitas harga
komuditas. Oleh karena itu keberadaan peraturan yang tegas dan mengikat untuk mengatur kegiatan
pertambangan agar dapat mengelola bisnis dengan lebih baik sangat penting bagi industri
pertambangan.
Pemberlakuan Undang-Undang Pertambangan Indonesia dapat berdampak banyak terhadap operasi
PT Freeport Indonesia (PTFI). Undang-undang tersebut mensyaratkan PTFI untuk mengubah izin
penambangannya dari Kontrak Karya (KK) menjadi IUPK dengan ketentuan perpajakan yang dapat
beruabah sewaktu-waktu.
Tulisan ini mengevaluasi dampak perubahan izin pertambangan pada Rencana Pengembangan
Tambang Kucing Liar dengan menggunakan analisis Discount Cash Flow (DCF) yang didukung oleh
metode Monte Carlo untuk mengevaluasi potensi perubahan tingkat risiko operasi. Simulasi harga
komoditas yang diperoleh dari pemodelan menggunakan pendekatan Geometric Brownian Motion
(GBM) digunakan sebagai masukan untuk menghitung proyeksi arus kas secara jangka panjang
sampai akhir masa tambang. Hasil analisa menunjukkan bahwa dengan tingkat pajak dan royalti saat
ini, perubahan izin tidak berpengaruh banyak terhadap kinerja keuangan karena Payback Period, IRR
dan NVP dari kedua jenis izin penambangan tersebut sangat mirip.
Selanjutnya, analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan tarif pajak dan royalti merupakan
sebagai aspek paling penting ketiga yang dapat mempengaruhi pendapatan proyek setelah harga
komoditas dan biaya pengembangan dan produksi. Selanjutnya, analisis Monte Carlo juga
menunjukkan bahwa izin IUPK lebih berisiko dibandingkan dengan izin KK. Meski memiliki potensi
risiko, beberapa peluang untuk meningkatkan kinerja usaha seperti potensi pengurangan pajak dan
perbaikan proses pemurnian emas di pabrik pengolahan juga dibahas dalam tulisan ini.