digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mangostin-α yang ada di dalam kulit buah manggis berpotensi digunakan sebagai obat, namun senyawa ini memiliki kelarutan kecil menyebabkan ketersediaan hayati yang rendah. Pembuatan serat nano sebagai sistem pembawa obat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati dari mangostin-α. Metode penelitian yang digunakan adalah metode induktif, yaitu diawali dengan observasi dan dilanjutkan dengan analisis sedangkan teknik eksperimen yang digunakan untuk menghasilkan pembawa obat berbasis nano adalah pemintalan elektrik dengan sistem satu jarum dan tanpa jarum. Pada penelitian ini telah dibuat serat nano polivinilpirolidon (PVP) mengandung ekstrak kulit manggis (EKM) serta pengembangan alat pemintalan elektrik sistem tanpa jarum. Untuk pemintalan elektrik sistem satu jarum, serat optimum yang dihasilkan adalah serat FG3 (SSJ) berdiameter 387 nm dengan parameter proses yang digunakan yaitu tegangan 12 kV, laju alir 0,5 mL/jam dan jarak jarum-kolektor 12 cm. Pengembangan alat pemintalan elektrik selanjutnya yaitu sistem tanpa jarum menggunakan metode kawat lurus, diperoleh serat optimum yang berdiameter 1,02 μm (serat FG3 (STJ)) dengan parameter proses yang digunakan yaitu tegangan 40 kV dan jarak kawat-kolektor 14 cm. Laju produksi serat yang dihasilkan dari pemintalan elektrik sistem tanpa jarum lebih tinggi dari pada pemintalan sistem satu jarum. Hasil XRD dan DSC menunjukkan bahwa pemintalan elektrik menyebabkan perubahan struktur senyawa mangostin-α dari kristal menjadi amorf. Hasil karakterisasi FTIR untuk serat nano yang dihasilkan dengan sistem satu jarum menunjukkan bahwa penambahan EKM tidak menyebabkan perubahan struktur PVP, sedangkan serat FG3 (STJ) yang dihasilkan dari sistem tanpa jarum menunjukkan bahwa terjadi perubahan struktur PVP dengan munculnya puncak baru yaitu 1578 cm-1 yang menunjukkan peregangan C=C dari gugus aromatic. Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa pelepasan mangostin-α dari serat FG3 (SSJ) dan FG3 (STJ) lebih cepat dari EKM. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa serat FG3 (STJ) lebih stabil dari pada serat FG3 (SSJ) dalam melindungi senyawa mangostin-α selama diletakkan pada suhu kamar. Hasil uji in vivo menggunakan tikus wistar menunjukkan bahwa serat FG3 (STJ) dapat meningkatkan ketersediaan hayati mangostin-α dibandingkan dengan EKM.