digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kegiatan penambangan dicirikan dengan aktivitas penggalian dan penimbunan. Tanah dan batuan ditimbun pada suatu disposal area atau ditimbun kembali ke lubang bekas galian sebelumnya (backfilling). Kegiatan penggalian dan penimbunan akan mengakibatkan terdedahnya (exposed) mineral sulfida dari batuan sehingga memungkinkan kontak dengan udara atau air hujan. Pembentukan AAT yang sudah terjadi akan sulit untuk dihentikan, karena merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus sampai salah satu reaktannya habis. Pembentukan AAT dapat dicegah dengan metode enkapsulasi. Metode ini dilakukan dengan mencegah reaksi antara material sulfida dengan udara dan/atau air, secara praktis adalah dengan menimbun material Potentially Acid Forming (PAF) dengan lapisan material Non-Acid Forming (NAF) dengan ketebalan tertentu. Karena keterbatasan material NAF dilapangan, maka digunakan material fly ash sebagai material cover layering. Beberapa pengujian dilakukan untuk mengetahui karakteristik material batuan penutup dan fly ash, yaitu: uji statik, uji unsur (Induced Coupled Plasma – Mass Spectometry, X-Ray Flouresence), uji mineralogi (X-Ray Diffraction), uji fisik, dan uji kinetik (Free Drainage Column Leach Test). Berdasarkan pengujian tersebut, didapatkan bahwa karakteristik geokimia dari sampel batuan penutup adalah PAF dan fly ash adalah NAF. Ukuran butir dari material batuan penutup (kode sampel: PAF-HC) adalah sandy-silt dan ukuran butir dari fly ash adalah silt. PAF-HC memiliki sifat plastisitas yang tinggi sementara fly ash memiliki sifat plasitistas sedang. Batas plastisitas sampel fly ash lebih tinggi daripada sampel PAF-HC dapat menyebabkan material fly ash terlebih dahulu mengalami cracking daripada sampel PAF-HC. Sehingga dapat menyebabkan performa pelapisan menurun drastis. Reaksi oksidasi dan difusi oksigen masih dimungkinkan terjadi pada lapisan ini. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, PAF-HC dan fly ash tidak reaktif secara kimia pada kolom layering; sedangkan pada kolom pencampuran, kedua sampel tersebut reaktif secara kimia (ketebalan fly ash akan mempengaruhi pelepasan ion penetral/alkalinitas). Berdasarkan pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fly ash yang berasal dari PT Adaro Indonesia tidak dapat digunakan sebagai material pencegah pembentukan AAT dengan menggunakan metode pelapisan