Tanah penutup (overburden) merupakan material yang terdapat di permukaan serta
tidak memiliki nilai ekonomis. Overburden terdiri atas topsoil dan bautan penutup.
Topsoil atau tanah pucuk merupakan lapisan tanah paling atas yang lunak, mudah
digali, dan kaya akan humus, sementara batuan penutup merupakan lapisan batuan
yang sangat keras dan sulit digali. Topsoil masih memegang peranan penting untuk
menunjang keberhasilan kegiatan reklamasi atau revegetasi pada areal bekas
penambangan, dikarenakan topsoil memiliki tingkat kegemburan serta humus
sebagai media tanam yang baik. Sementara batuan penutup memiliki ukuran butir
yang relatif lebih besar serta struktur yang kuat dan solid yang tentunya kurang baik
sebagai media tanam jika dibandingkan topsoil.
Erodibilitas merupakan tingkat kepekaan atau ketahanan suatu material terhadap
mudah atau tidaknya tererosi (Sartohadi, 2013). Setiap material memiliki
erodibilitas yang berbeda tergantung pada struktur yang dapat dilihat dari stabilitas
agregat suatu material. Stabilitas agregat ini dapat dilihat melalui pengujian slake
durability. Dengan mengetahui erodibilitas dan slaking indeks, maka dapat
memperkirakan potensi batuan penutup agar memiliki tingkat kegemburan seperti
topsoil. Sampel terbagi menjadi 3 jenis yakni topsoil, batuan penutup 1(OB1) dan
batuan penutup 2 (OB2) yang dilakukan secara duplo.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa topsoil memiliki erodibilitas paling tinggi
yakni sebesar 0,36 sementara batuan penutup 1 (OB1) sebesar 0,31 dan batuan
penutup 2 (OB2) sebesar 0,27. Topsoil memiliki laju slaking relatif tinggi dibanding
batuan penutup 1 dan batuan penutup 2 yakni laju slaking pada topsoil rata – rata
sebesar 14,7 x10-7 g/cm2/s sementara batuan penutup 1 sebesar 6,1 x10-7 g/cm2/s
dan batuan penutup 2 sebesar 4,23 x10-7 g/cm2/s. Untuk meningkatkan laju slaking
dapat dilakukan dengan pengecilan ukuran batuan penutup sehingga dapat
mempercepat proses pembentukan tanah seperti topsoil.